Hari ke-4 Aksi, Mahasiswa Masih Konsisten dengan Tuntutannya
Kabar Uncategorized

Hari ke-4 Aksi, Mahasiswa Masih Konsisten dengan Tuntutannya

[Mahasiswa melakukan aksi lanjutan di depan gedung rektorat, Kamis, (7/6). Doc/BP2M Nila Lutfiatul Fadilah]

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) kembali menduduki selasar gedung rektorat. Aksi bertajuk seminar  ini diisi dengan tadarus bersama.  Lantunan bacaan Al-Quran diawali dari surah An-Naba  sampai surah An-Nas kemudian diakhiri dengan doa bersama untuk memohon kepada tuhan agar rektor menemui mahasiswa aksi.

Seruan seminar di  rektorat, Kamis (7/6) bertujuan menginginkan Rektor Unnes menemui mahasiswa dan menjelaskan apa yang sebenarnya diinginkan  rektor mengenai SK yang dikeluarkan. Yakni SK Rektor Nomor 245/K/2018 tentang penetapan besaran uang kuliah tunggal dan sumbangan pengembangan institusi/ uang pangkal per mahasiswa program sarjana dan diploma Unnes.

Mahasiswa Unnes juga masih dengan enam tuntutannya sejak aksi pertama, Senin (4/6).  Diantaranya menuntut tidak ada pemberlakuan uang pangkal atau pungutan lain, selain Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Unnes. Mahasiswa menunutut pencabutan SK Rektor 245/K/2018, menuntut untuk melibatkan Badan Eksekutif Mahasiswa dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan mahasiswa dan menolak pembungkaman dalam kampus.

Baca Juga: Diskriminasi Pendidikan Lewat Uang Pangkal

“Kita menginginkan adanya klarifikasi pak rektor kepada mahasiswa. Kedua, pak rektor merubah kebijakan-kebijakan dan menyetujui dengan nota kesepakatan yang sudah dibuat oleh mahasiswa. Dari nota kesepakatan ini kita menginginkan bahwasanya pak rektor mengikuti apa yang kita usulkan. Dengan adanya tanda tangan pak rektor,” ujar Ahmad Subejo, koordinator lapangan seruan seminar.

Fadel Muhamad Al Hazmi sebagai agidator akan tetapi pada hari ini menjadi notulen kronologi aksi menjelaskan dari pukul 10.50 WIB salah satu massa aksi menemui rektor  untuk menemui massa akan tetapi sekitar satu jam belum berhasil dan  rektor masih belum bisa menemui massa.

Mengirim pesan serentak kepada rektor
Atas instruksi koordinator lapangan mahasiswa melakukan aksi mengirim pesan kepada Rektor Unnes. Pesan tersebut  berisi penyampaian bahwa mahasiswa rindu dengan kehadiran rektor ditengah-tengah mahasiswa. Adapun redaksi Whatsapp/SMS serentak adalah sebagai berikut:

Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Pak Rektor. Saya mahasiswa Unnes ingin menyampaikan bahwa kami rindu dengan kehadiran bapak di tengah-tenagh kami. Kami mencintai Unnes bapak, maka dari itu kami datang ke rumah bapak dan temuilah kami.
Perubahan harus kita jemput, karena perubahan tidak bisa kita tunggu. #konsistentolakuangpangkal #cintaunnes #hidupmahasiswa

Tujuan mengirim pesan  kepada rektor adalah untuk meyakinkan  rektor bahwa mahasiswa  tetap konsisten terhadap adanya penolakan uang pangkal. Selanjutnya mahasiswa ingin dengan cara halus yaitu mengetuk hati  rektor.

Respon Aparat Keamanan Terkait Aksi Mahasiwa
Terkait aksi yang dilakukan mahasiswa selama empat hari mengundang respon terutama dari pihak keamanan. Rismanto sebagai salah satu satpam yang ada di Unnes mengatakan aksi dari mahasiswa memang wajar karena untuk menyuarakan aspirasi. Akan tetapi terkadang terjadi perbedaan tanggapan dari kedua belah pihak antara mahasiswa dengan pihak birokrat. Pihak birokrat ingin menyampaikan apa tetapi mahasiswa menangkapnya apa.

“Selain itu, terkadang omongan orator mengundang emosi dan juga ketika kita menjalankan perintah malah kita terkena imbasnya. Senin kemarin tepatnya sempat dikaitkan dengan kehilangan motor padahal tidak ada kaitannya dengan SPI. Ya kita menjalankan instruksi pimpinan agar tetap tersenyum menanggapi mereka,” tambahnya.

Baca Juga : Perjalanan Panjang Polemik SPI

Berbeda pendapat dengan Ahmad Subejo, “Namanya juga massa aksi besar jadi kita tidak bisa menghindari yang namanya provokasi, emosi karena memang tidak ada aturannya kenapa dibuat untuk menghalangi. Sebenarnya pak satpam tugasnya di rektorat dan di pos fakultas masing-masing  bukan di gerbang samping Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA). Mengapa gerbang dijaga?” bahtahnya.

Aksi Kamisan Semarang
Aksi massa masih berlanjut  pada sore hari yang dalam rencana awal akan dilaksanakan di simpang tujuh berpindah ke depan gedung rektorat. Awal mula massa aksi menyebar di beberapa titik dengan maksud menunggu rektor keluar akan tetapi sempat  terjadi aksi  dorong-dorongan dengan pihak keamanan karena satpam menutup pintu masuk utama gedung rektorat dan massa mencoba menahan tindakan tersebut.

Aksi ini semakin berlangsung secara tidak kondusif dengan adanya insiden penghadangan massa saat kepulangan Rektor.  “Saat rektor masuk ke dalam mobil kita menghadang supaya pak rektor datang menemui kita dengan tujuan berdialog,” ujar Aziz Rahmad Ahmadi.

Kericuhan pun terjadi. Massa aksi masih bertahan ketika mobil mulai berjalan. Beberapa massa aksi perempuan bahkan mencoba menahan dengan berbaring di tengah jalan. Penahanan tersebut diikuti oleh massa aksi laki-laki yang kemudian pihak keamanan memindahkannya ke pinggir lokasi dengan paksa. Aksi baku dorong dengan pihak keamanan dan staf Unnes lainnya mampu melancarkan mobil yang berisi Rektor Unnes tetap melaju dan meninggalkan area kampus.

Nur Hidayati, Mahasiswa Ilmu Politik Unnes mengaku ditarik-tarik dengan paksa saat mencoba menghadang mobil rektor di gedung rektorat lantai dua. Ia juga sempat bercerita pada reporter linikampus.com bahwa ia hampir ditonjok oleh salah satu staff Unnes, yang merupakan Wakil  Dekan 3 Fakutas Ekonomi.

“Saya tidak masalah diperlakukan demikian, karena saya juga bisa membalas. Tetapi saya tidak tega melihat teman-teman perempuan yang lain diberlakukan demikian. Ada yang ditonjok, pingsan, adapula yang Asma,” ujar Nur Hidayati sambil duduk meluruskan kakinya yang tampak cidera.

Parmin sebagai  Lektor Unnes dalam statusnya di Facebook memberikan penjelasan bahwa  Rektor Unnes  memberikan himbauan kepada mahasiswa yang menolak pemberlakuan uang pangkal untuk tidak memaksakan kehendak. Fathur Rokhman menghargai sikap sejumlah mahasiswa yang tidak sepakat dengan kebijakannya. Namun, ketidaksepakatan tersebut harus disampaikan secara santun, saling menghormati, dan tidak memaksa.

Baca Juga : Mahasiswa VS Birokrat: Pemenangnya Egoisme

Menanggapi insiden tersebut Rismanto selaku satpam berharap permasalahan ini agar cepat selesai namun tidak ada yang merasa dirugikan.

Reporter : Nila Lutfiatul Fadilah dan Dwi Indah Indriani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *