LINIKAMPUS Blog Berita Laporan Utama Samarnya Wajah Kampus di Perayaan Kemerdekaan
Laporan Utama

Samarnya Wajah Kampus di Perayaan Kemerdekaan

Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Ilustrasi Mahasiswa Unnes Seharusnya merayakan Kemerdekaan Indonesia [Ilustrator BP2M/ Lala Nilawan]

Selain upacara bendera, Universitas Negeri Semarang (Unnes) tidak mengadakan kegiatan lain untuk merayakan Hari Ulang Tahun RI ke-73. Menurut Cahyo Seftyono, Dosen Prodi Ilmu Politik Unnes, selain mensyukuri dan menghargai perjuangan pendahulu, momen-momen kemerdekaan perlu dijadikan pijakan untuk menatap masa depan yang lebih baik.  

Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 sudah berlalu, namun kemeriahannya masih terasa hingga kini (23/8). Atribut kemeriahan HUT RI seperti bendera merah putih, lampion dan lampu kerlap-kerlip masih terpasang di sekitar kampus Unnes dan juga di jalan sekitar Banaran.

Dalam memperingati hari kemerdekaan, Unnes menyelenggarakan upacara kemerdekaan di lapangan Prof. Dumadi Fakultas Ilmu Keolahragaan. Upacara ini dihadiri oleh pihak birokrat, dosen, tenaga pendidik, staf dan mahasiswa baru Bidikmisi 2018. Selain itu, birokrat Unnes tidak ada agenda khusus lainnya untuk merayakan kemerdekaan.

Peringatan kemerdekaan justru lebih awal diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) dalam acara Program Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (PPAK). Rabu, (8/8) PPAK universitas membuat paper mob yang membentuk formasi  wajah Ir. Soekarno dan angka 73 tahun Indonesia merdeka.

Kurang Antusias
Fadel Muhammad Al Hazmi, anggota BEM KM Divisi Kementrian Aksi dan Propganda  mengaku, perayaan kemerdekaan di kampung-kampung justru lebih meriah dibanding dengan di universitas. Ia pun menyayangkan, universitas yang digambarkannya sebagai miniatur negara justru kurang antusias dalam merayakan kemerdekaan.

“Negara itu kan merdeka 17 Agustus, seharusnya sebagai miniatur negara, kampus turut merayakan. Tapi  justru perayaan (di RT atau kampung-kampung) itu jauh lebih ramai dan khusyuk  daripada  kampus sendiri,” ujar Fadel.

Ia menambahkan, selama menjadi mahasiswa sampai saat ini (semester tujuh), perayaan Dies Natalis terasa jauh lebih meriah dibanding perayaan kemerdekaan. Saat Dies Natalis Unnes ke-53, sebelum acara diselenggarakan sudah ada himbauan dari birokrat kepada BEM KM untuk membantu  menyukseskan acara. Akan tetapi hal tersebut tidak terjadi di HUT RI tahun ini.

Baca Juga: Perlu Memuliakan Kemerdekaan

Mahasiswa Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan itu juga menyayangkan momentum kemerdekaan ini berlalu begitu saja. Mengisi hari kemerdekaan dengan hal-hal positif menjadi harapan Fadel. Menurutnya merdeka itu menyatunya seluruh masyarakat. Ia berharap ada acara seperti gotong royong di kampus yang pada intinya menyatukan seluruh mahasiswa menjadi satu.

“Kapan sih mahasiswa kumpul bareng dengan suasana riang gembira? Kalau demo mahasiswa kumpul banyak tapi dengan hati yang jengkel. Kalau momen  kemerdekaan itu kan kita kumpul dengan riang gembira dengan jiwa patriotisme,” pungkas mahasiswa yang akrab di panggil Fadel tersebut.

Hendi Pratama, Kepala Humas Unnes pun mengatakan bahwa tidak adanya perayaan khusus dari Unnes karena bertepatan dengan Lombok yang sedang berduka. Oleh sebab itu kampus tidak merayakan kemerdekaan secara mewah. Unnes lebih memprioritaskan mengirimkan bantuan ke Lombok.

Perlunya Perayaan Kemerdekaan Secara Ilmiah dan Akademis
Perlu adanya perayaan kemerdekaan didukung oleh Dosen Prodi Ilmu Politik Unnes, Cahyo Seftyono. Ia mengungkapkan  perayaan itu perlu untuk menghargai perjuangan pahlawan pendahulu. “Selain mensyukuri dan menghargai perjuangan pendahulu, kita juga perlu menjadikan ini sebagai momen-momen pijakan untuk menatap masa depan yang lebih baik,” ujar Cahyo.

Lomba semacam karya ilmiah, menulis esai penelitian, serta semua capaian berbentuk ide maupun kolaborasi yang bersifat praktis menurut Cahyo adalah hal postif. Ia menghimbau agar perayaan HUT RI tidak hanya sebagai ajang perayaan capaian, tetapi juga juga sebagai penyemangat diri bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan.

Pendapat Cahyo sejalan dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menjelaskan bahwa Perguruan Tinggi (PT) adalah lembaga ilmiah yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di atas perguruan tingkat menengah, dan yang memberikan pendidikan dan pengajaran berdasarkan kebudayaan kebangsaan Indonesia dan dengan cara ilmiah. Bunyi pasal 1 ini menjelaskan peran PT dapat dijadikan pedoman untuk merayakan kemerdekaan RI dengan cara-cara yang bersifat ilmiah dan akademis.

Arif Budi Laksono, mahasiswa Prodi Ilmu Politik juga berharap agar Unnes membuat serangkaian acara yang mampu menggugah kembali semangat nasionalisme mahasiswa yang menurutnya saat ini sudah menurun. “Mungkin Unnes bisa mengadakan malam tirakat yang diisi dengan istiqhosah Perumusan Teks Proklamasi atau karnaval seperti di daerah-daerah, dengan hal tersebut dapat meningkatkan semangat kebinekaan mahasiswa Unnes,” kata Arif dengan mantap.

 [Nila, Indri, Dese]
Editor: Siti Badriyah
Exit mobile version