Merayakan Kehilangan dalam Bingkai Seni Rupa
Kabar

Merayakan Kehilangan dalam Bingkai Seni Rupa

Jumat malam (25/10) pukul 19.30 WIB, ruang Mandaraka di kompleks Kampung Budaya Unnes mulai dipenuhi oleh pengunjung. Pameran ini diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Rupa Desain. Berisi 43 karya seni rupa yang berasal dari anggota internal UKM Seni Rupa Desain. Acara ini masih mempunyai nama yang sama seperti tahun sebelumnya yaitu Artbility, sedangkan nama Artbility 2.0 untuk tahun ini.

Acara ini bertajuk “Lakuna Sukma” atau ruang kosong dalam jiwa. Laila Zulfiani, seksi acara artbility 2.0 sekaligus penggagas tema, mengatakan bahwa Lakuna diambil dari Bahasa sansekerta “Lakuna” yang berarti celah. Sedangkan kekosongan dalam jiwa terjadi karena sesuatu yang mengisinya hilang. Perasaan kehilangan dan kosong itulah yang dituangkan dalam sebuah karya. Alih-alih sebagai bentuk dokumentasi atau medium pengingat, karya seni rupa yang terpajang menurut Laila lebih ditujukan sebagai sebuah perayaan atas rasa kehilangan. “Bagaimanapun semua manusia pasti akan merasakan kehilangan dalam hidupnya, dan itu akan terus terulang” tutur Laila. 

“Awalnya ketika mencari tema kami selalu mencari hal yang sekiranya dialami semua orang. Maka ketemulah sebuah rasa kehilangan,” imbuh Laila.

Tak sampai di sana, Laila juga menunjukkan hasil karyanya “Shooting Star”, sebuah karya digital yang dibingkai dalam figura hitam. Di dalamnya terdapat siluete sembilan laki-laki yang menghadap ke arah gunung dengan bulan dan bintang di langit. Seni digital ini didominasi oleh warna ungu dan biru tua.

Kehilangan yang Laila alami adalah ketika melihat grup vokal idolanya harus meninggalkan grup satu persatu, bahkan tak cukup satu. Dia harus mengalaminya sampai tiga personil dipastikan keluar dari grup. Perasaan kehilangan itulah yang membuat jiwanya kini seolah ‘tak seperti dulu. “Ketika kehilangan sesuatu, jiwa kita tidak utuh lagi,” jelasnya. 

Tidak jauh dari karya Laila, terdapat sebuah lukisan yang berbentuk coretan dari spidol putih di atas kertas berwarna hitam. Menampilkan wajah perempuan kira-kira berusia 25 tahun dan kebetulan atau tidak, ia memakai baju hitam. Jika diperhatikan lagi, terdapat tulisan di dekat bahu kiri lukisan. 

Tulisannya seperti ini: 

Perempuan tidak boleh jorok!

Perempuan harus bisa masak!

Laki-laki kok cengeng kaya perempuan saja!

Pekerjaan perempuan di rumah!

Perempuan kok bangunnya siang!

Perempuan kok pulang tengah malam!

 

Lukisan tersebut diberi judul “Kesenjangan Gender” oleh Hasbi Alamul Iman. Menurutnya, kesenjangan gender yang terjadi kini disebabkan oleh kultural dan budaya bukan berasal dari fitrah manusia. Perempuan kehilangan beberapa haknya sebagai manusia. Seperti yang turut ia tuliskan dalam karyanya tersebut. 

Lukisan “kesenjangan gender” oleh Hasbi Alamul Iman (25/10). Dok.BP2M

Pameran ini berlangsung hingga Sabtu 26 Oktober di tempat yang sama, ruang Mandaraka Kampung Budaya Unnes. Pada hari kedua akan diselenggarakan “Workshop Lettering Doodle” atau lokakarya pembuatan doodle oleh Semarang Doodle Art pukul 13.00 WIB.

Reporter : Nila

Editor: Rona

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *