Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Kabar

Mahasiswa Rentan Dieksploitasi secara Intelektual

Pamflet Diskusi KIKA “Plagiarisme di Mata Mahasiswa” [Instagram @kebebasanakademik]

Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) menganggap mahasiswa rentan dieksploitasi secara intelektual. Hal ini disampaikan oleh Hani Yulindrasari, Tim Akademik KIKA dalam diskusi bertajuk “Plagiarisme di Mata Mahasiswa”, Jumat (5/2).

“Ada anggapan bahwa universitas bisa melakukan short cut dengan mudah untuk meningkatkan jumlah publikasi ilmiah,” terang Hani.

Hani memberi contoh, ketika mahasiswa diwajibkan menerbitkan publikasi, ia harus menuliskan nama dosennya. “Hanya mahasiswa yang berani saja yang berani menolak memasukan nama dosennya ke dalam tulisan ketika dosennya tersebut sama sekali tidak berkontribusi dalam tulisannya,” tuturnya.

Ia juga menambahkan bahwa mahasiswa selalu dalam posisi yang lemah dalam hal akademik, lantaran kelangsungan hidup mahasiswa di kampus sangat tergantung pada dosen.

Ayu Masruroh, selaku moderator diskusi dan juga anggota Badan Pekerja Advokasi Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI), mengemukakan bahwa masalah plagiarisme adalah masalah yang serius dalam dunia akademik, terlebih jika yang melakukan adalah pucuk pimpinan perguruan tinggi.

Selain Ayu, Lukfi Kristianto, Menteri Pengembangaan Literasi dan Keilmuan BEM KM Unnes memandang bahwa plagiarisme adalah suatu hal yang sangat multidimensional. Ia mengatakan, terdapat hal yang memengaruhi seseorang melakukan plagiarisme, baik itu teknologi atau pun sosialisasi kebudayaan yang membuat seseorang cenderung untuk meniru.

Dalam diskusi, Lukfi turut memberikan tanggapan mengenai pendokumentasian monografi yang disusun oleh Tim KIKA. Menurutnya, paling tidak pendokumentasian ini bisa menunjukan secara jelas tentang gambaran dari plagiasi yang dilakukan oleh FR selaku Rektor Unnes.

Selain itu, ia juga menambahkan bahwa monografi yang dibuat oleh Tim KIKA adalah upaya yang sangat serius dalam mengembalikan keilmuan dan universitas pada khitahnya.

“Universitas adalah ruang ilmu, bukan ruang nilai, bukan ruang politis, bukan ruang-ruang yang berisikan rezim-rezim ekonomi, tetapi memang benar-benar untuk pengembangan keilmuan,” tandasnya.

 

Reporter: Adinan/Magang BP2M

Editor: Niamah

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *