Penugasan PPAK Dinilai Memberatkan Maba
Kabar Utama

Penugasan PPAK Dinilai Memberatkan Maba

Ilustrasi Penugasan PPAK Dinilai Memberatkan Maba. [BP2M/Suci]

Program Pengenalan Akademik Kemahasiswaan (PPAK) Universitas Negeri Semarang (Unnes) 2021 menuai polemik dan menjadi viral di berbagai platform media sosial, seperti Instagram dan Twitter. Hal tersebut lantaran sejumlah tudingan penugasan PPAK yang dianggap memberatkan mahasiswa baru (maba) dari segi tenggat waktu pengumpulan hingga tidak memiliki korelasi untuk memperkenalkan Unnes dan kehidupan akademik kepada maba.

Polemik penugasan PPAK Unnes 2021 tersebut berbuntut adanya petisi di laman Change.org bertajuk “Keberatan Atas Penugasan PPAK PKKMB OKPT Yang Berlebihan”. Petisi itu telah mencapai lebih dari 5000 tanda tangan pada 16 Agustus 2021. Petisi tersebut juga diwarnai oleh berbagai komentar yang mayoritas berpendapat bahwa penugasan PPAK Unnes 2021 justru hanya bertujuan untuk viral, tidak ada kaitannya dengan tujuan awal PPAK yakni memperkenalkan universitas dan kehidupan akademik.

Adapun penugasan yang menjadi kontroversi dan banyak disoroti adalah Improvisasi TikTok Challenge dan Rap Challenge yang menuntut maba untuk menyanyi (rap) dan menari hingga harus mengunggahnya di platform media sosial Tiktok dan Instagram. Selain itu, ada pula penugasan yang mengharuskan maba mengunggah konten yang mengarah pada promosi produk tertentu.

Pro Kontra Penugasan PPAK

Sejumlah mahasiswa baru mengeluhkan penugasan PPAK karena dirasa memberatkan dan tenggat waktu pengumpulan yang sangat singkat. Fayza Mariska, Maba Fakultas Bahasa dan Seni 2021 menganggap bahwa penugasan PPAK yang diberikan terlalu banyak. Ia menjelaskan bahwa mahasiswa diminta membuat Tiktok, Instagram, dan sebagainya. Menurutnya, selain menambah pengeluaran karena membutuhkan kuota yang banyak, sinyal yang tidak stabil menjadi kendala.

“Harusnya kalau post ya salah satu platform aja, Instagram atau Tiktok aja, sedangkan kita tidak tau mendapatkan sinyal dari mana. Karena tidak semua maba tinggal di daerah yang cukup sinyal,” katanya (15/8).

Ia menambahkan bahwa sebenarnya penugasan tersebut dinilai masih wajar jika tenggat waktunya sedikit lebih lama. Fayza juga mengatakan bahwa dirinya mengalami kendala dalam hal penyimpanan ponsel dan alat yang kurang memadai.

Sementara itu, Raihan Tegar, Maba Fakultas Ekonomi 2021 mengatakan ada beberapa kendala yang dialami, seperti penugasan untuk menari tradisional. Ia merasa kesulitan karena tidak memiliki kemampuan menari sebelumnya. “Tugas yang menari contohnya, pasti akan sangat kesusahan bagi orang yang basic nya tidak bisa menari seperti saya,” ujarnya (15/8).

Di sisi lain, Deby Maghfira, Maba Fakultas MIPA 2021 mengapresiasi panitia PPAK yang terbilang kreatif. Terkait polemik PPAK, menurutnya hal itu wajar terjadi dan dirasakan semasa maba. Namun, ia mencoba melihat dari sisi positifnya.

“Tidak hanya dapat dilihat dari sisi negatifnya saja. Tapi kan ada positif mungkin maksudnya dengan penugasan-penugasan tersebut dapat melatih maba dalam bakat dan kemampuan di berbagai bidang dan sebagai bentuk apresiasi dari berbagai kalangan,” kata Deby, (15/8).

Menanggapi polemik penugasan PPAK tersebut, Franscollyn Mandalika selaku Steering Committee PPAK Unnes 2021 mengatakan bahwa dia sangat menyayangkan berbagai kesalahpahaman soal penugasan yang telah disusun panitia, hingga menyebabkan munculnya narasi yang bertujuan menggiring opini untuk mengacaukan jalannya PPAK.

Frans menganggap narasi-narasi tersebut sangat tidak adil bagi panitia. “Panitia sudah bekerja secara maksimal dan juga kami sudah memberikan kesempatan untuk menanyakan secara langsung bagi mahasiswa baru yang kebingungan serta memberikan kemudahan bahkan pembebastugasan apabila ada mahasiswa baru yang merasa keberatan akan penugasan tersebut. Kemudian asumsi saya ada oknum yang tak bertanggung jawab di luar mahasiswa baru yang sengaja ikut memprovokasi agar mengacaukan kegiatan PPAK,”  ujar Frans (17/8).

Frans juga menjelaskan bahwa penugasan yang telah disusun oleh panitia telah didasari oleh berbagai pertimbangan atas situasi dan kondisi yang ada. Menurut Frans, pemilihan platform media sosial seperti Tiktok dan Instagram dianggap bisa menjadi media kampanye digital, banyak diakses, serta akrab dengan kebanyakan mahasiswa baru.

Dirinya juga mengklarifikasi tudingan penggunaan pakaian adat daerah yang mengharuskan maba menyewa atau membeli. “Kita sudah sampaikan penggunaan pakaian adat ini sifatnya opsional. Kami tidak mengatakan penggunaan itu harus membeli atau menyewa, tapi gunakanlah seadanya,” katanya.

Frans menambahkan bahwa penugasan yang mengharuskan untuk menggunakan pakaian adat tersebut didasarkan pada pertimbangan fenomena era disrupsi dan semakin terkikisnya kebudayaan Indonesia, sehingga melalui penugasan tersebut diharapkan dapat menjadi kampanye untuk meningkatkan kesadaran toleransi serta membangkitkan rasa cinta budaya Indonesia.

“Jika ada maba yang keberatan dengan penugasan, tidak bisa atau tidak mau melakukan ya silahkan sampaikan kepada pendamping alasannya apa dan pendamping pasti akan memberikan kebijakan yang sangat bijak,” ujar Frans.

Posko Pengaduan Maba Terkait PPAK

Nur Halimah, Panitia Pengawas PPAK Unnes 2021 mengatakan bahwa setelah enam jam Posko Pengaduan PPAK Unnes 2021 diluncurkan pada Sabtu (14/8), terdapat 722 suara atau pengaduan mahasiswa baru yang telah dihimpun untuk selanjutnya akan direkapitulasi.

Ia menjelaskan mayoritas pengaduan mahasiswa baru yang telah masuk banyak menyoroti soal penugasan yang memberatkan, keterlambatan rilis twibbon, ketidakkompakan panitia terkait informasi yang ada, tenggat waktu yang berdekatan, dan biaya untuk membeli peralatan PPAK.

Adapun Panitia Pengawas dan Panitia PPAK 2021 dari DPM KM atau Panitia Pengawas (Panwas) yang terdiri dari anggota DPM KM dan beberapa delegasi DPM Fakultas telah melakukan koordinasi bersama untuk menindaklanjuti laporan atau aduan yang telah masuk di Posko Pengaduan Maba 1.

“Kita telah koordinasikan bersama antar panwas dan panitia PPAK tepatnya kemarin malam, dan dari panitia PPAK merespons dengan baik serta telah memberikan beberapa solusi dengan menjawab pertanyaan dan keluhan mahasiswa baru yang tertuang di posko pengaduan maba satu,” kata Halimah (16/8).

Menurutnya, tidak sedikit mahasiswa baru yang menanyakan terkait esensi dari penugasan PPAK yang diberikan serta beranggapan bahwa penugasan seperti pembuatan video konten Tiktok maupun menari tidak ada kaitannya dengan tujuan awal PPAK.

Namun, setelah dilakukan koordinasi dengan panitia PPAK, ia menjelaskan bahwa penugasan yang diberikan kepada mahasiswa baru memiliki esensi untuk menanamkan jiwa kreativitas pada mahasiswa baru serta sesuai dengan tema besar PPAK Unnes 2021 yang diusung yakni “Kebhinekaan dan Toleransi”.

Tindak Lanjut Pengaduan Maba

Hasil koordinasi dengan panitia PPAK 2021 pada Minggu (15/8) sebagai respons atau tindak lanjut dari rekapitulasi data aduan di Posko Pengaduan Maba 1, yakni Panitia Pengawas dan Panitia PPAK bersepakat untuk menghapus penugasan Rap Challenge dan Improvisasi Tiktok Challenge serta adanya perubahan tenggat waktu penugasan sesegera mungkin.

Panitia juga mengklarifikasi isu yang beredar dan viral serta akan mengumumkan pengurangan penugasan sesegera mungkin kepada mahasiswa baru melalui media sosial. Nur Halimah menambahkan bahwa Panwas akan meluncurkan Posko Pengaduan Maba 2 pada tanggal 18-19 Agustus 2021.

Sementara itu, Panitia PPAK sendiri secara resmi telah melakukan siaran pers perihal penjelasan mengenai Kegiatan PPAK Unnes 2021 melalui Instagram Story (16/8).

Adapun poin-poin dari siaran pers tersebut antara lain mengenai penugasan baju adat, mahasiswa baru tidak diwajibkan untuk membeli atau menyewa. Selanjutnya mengenai penugasan video dalam platform Tiktok dan Instagram yang menyertakan produk sponsor bersifat tidak wajib, dana hasil kerjasama yang didapatkan dari kegiatan sponsorship akan diperuntukan pada program Beasiswa Sinergi Perubahan yang merupakan bantuan pendidikan khusus untuk mahasiswa baru 2021.

Selain itu, terkait penugasan yang dikeluhkan atau memberatkan maba, maba dapat menghubungi pendamping untuk diberikan kebijakan lebih lanjut. Kemudian, mengenai peniadaan penugasan Rap Challenge dan Improvisasi Tiktok Challenge, bagi mahasiswa baru yang sudah mengunggahnya akan diberikan reward dengan dipilih tiga terbaik dari tiap penugasan. Selanjutnya, penugasan Nusantara Menari bagi mahasiswa baru bersifat opsional dan terdapat perpanjangan tenggat waktu pengumpulan tugas.

Reporter : Amanda, Ananda, Azizah

Editor : Alya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *