Jaringan Muda Setara melakukan aksi di depan Gedung Gubernuran Jawa Tengah, Selasa (23/11). Aksi Selasaan ini digelar untuk menagih komitmen, serta mendesak negara untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan terhadap korban kekerasan seksual yang mayoritas adalah perempuan.
“Kita semua sangat membutuhkan payung hukum kekerasan seksual ini. Kasus-kasus yang terjadi itu seharusnya tidak hanya dilihat sebagai angka, tapi pelanggaran kemanusiaan yang benar-benar terjadi di sekitar kita,” ujar Martha Kumala Dewi, selaku koordinator aksi.
Martha mengatakan, tujuan utama dari aksi ini bermuara pada kemanusiaan dan diharapkan kasus-kasus HAM (hak asasi manusia) seperti pelecehan dan kekerasan seksual segera terselesaikan, baik di lingkaran kampus, buruh, ataupun pejuang lingkungan. Ia mengimbuhkan jika festival HAM yang diadakan pemerintah belum tepat apabila segala permasalahan HAM belum terselesaikan. Menurutnya, pemerintah harus segera sadar bahwasannya HAM dan hari peringatannya bukanlah euforia.
Dalam aksi ini, massa yang berasal dari berbagai komunitas, kota, dan kampus yang berbeda membentangkan poster, di antaranya bertuliskan “Keluarkan Dosen Mesum dari Perguruan Tinggi”, “Tolak Kekerasan Seksual”, “Kami Butuh RUU PKS Versi Masyarakat Sipil”, “Perempuan Bersatu Melawan Penindasan”, dan “Saya Masih Merasa Tidak Aman Jadi Peremuan di Negeri Ini”.
Aksi Selasaan ini merupakan bagian dari rangkaian kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKTP), yang nantinya diikuti dengan acara puncak pada 10 Desember, Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia.
Reporter: Tsaqiva/Magang BP2M
Editor: Niamah