Peringati Hari Perempuan Internasional, Aliansi Masyarakat Semarang Sampaikan Lima Tuntutan
Berita Kabar Kilas

Peringati Hari Perempuan Internasional, Aliansi Masyarakat Semarang Sampaikan Lima Tuntutan

Selasa (8/3), Gerakan International Women’s Day (IWD) Semarang menggelar aksi di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah dengan mengusung tema “Bebas Merdeka Tanpa Diskriminasi dan Penindasan.” Gerakan International Women’s Day (IWD) Semarang mengajukan lima tuntutan: 1) mengesahkan RUU TPKS, RUU PPRT, RUU Masyarakat Adat dan hentikan diskriminasi berbasis gender dan seksualitas; 2) ratifikasi konvensi ILO nomor 190 tentang kekerasan seksual di dunia kerja; 3) ciptakan ruang aman dan kebebasan berekspresi bagi keberagaman gender dan seksualitas di Indonesia, terkhusus di Jawa Tengah; 4) hentikan dan usut tuntas kasus kekerasan berbasis gender dan bangun sistem perlindungan  yang komprehensif bagi keberagaman gender dan seksualitas; 5) stop kriminalisasi dan represifitas dari aparat terhadap aktivis perempuan.

Richarda Ogetai selaku koordinator lapangan mengungkapkan bahwa saat ini, di Jawa Tengah, perempuan masih rawan mengalami kekerasan seksual secara verbal maupun nonverbal sehingga pemerintah perlu mengesahkan RUU TPKS.

“Kami meminta agar negara ini membuat kebijakan yang ramah terhadap setiap gender,” ujarnya

Richarda Ogetai juga menambahkan bahwa di usia International Women’s Day (IWD) yang ke -110 tahun ini, banyak perempuan yang belum mendapatkan hak-haknya secara penuh.

“Di usia IWD yang sudah lansia ini, perempuan di berbagai bidang seperti buruh pabrik belum mendapatkan haknya, seperti hak-hak kesehatan reproduksi secara utuh, seperti halnya cuti haid, cuti hamil, bahkan hak mendapat ruang laktasi di tempat kerja mereka,” jelasnya.

Aksi International Women’s Day (IWD ) Semarang diikuti oleh berbagai elemen mahasiswa seperti KASBI, Aliansi Mahasiswa Papua, dan elemen-elemen lain yang tergabung dalam Komite International Women’s Day (IWD) Semarang.

Fanya, salah satu massa aksi asal Universitas Diponegoro, mengatakan bahwa pada peringatan International Women’s Day merupakan salah satu ruang untuk bisa berekspresi dengan bebas  dan menyuarakan apa yang menjadi keresahan perempuan. 

Selain itu, Fanya juga berharap bahwa tuntutan-tuntutan yang telah disuarakan tetap dikawal.

“Saya harap IWD ini tidak hanya menjadi momentum sesaat saja, tapi harapannya gerakan ini bisa terus berjalan sampai cita-cita yang kita harapkan bisa tercapai,” imbuh Fanya.

“Harapan saya pemerintah betul-betul memberikan ruang yang aman dan kebijakan yang betul-betul mengangkat hak perempuan,” tambah Richarda.

Dalam aksi tersebut, massa juga memainkan teatrikal berjudul “Nyanyian Angsa” oleh W. S. Rendra yang bercerita mengenai seorang pelacur bernama Maria Zaitun yang diusir majikannya karena dianggap sudah tidak laku, bahkan merugikan karena kedapatan memiliki penyakit.

Massa menggelar aksi teatrikal berjudul “Nyanyian Angsa” oleh W. S. Rendra. [Magang BP2M/Bowo]

Reporter: Khotikah & Bowo Arifin Ryan Fanuchi

Editor: Nafadila Avril Ervian Then

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *