Panggung Penghuni Bumi: Sampaikan Keresahan terhadap Kerusakan Lingkungan
Berita Kabar Kilas

Panggung Penghuni Bumi: Sampaikan Keresahan terhadap Kerusakan Lingkungan

Jumat (22/4), Aliansi Rakyat Jawa Tengah Peduli Bumi menyelenggarakan acara Panggung Penghuni Bumi di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang. Panggung Penghuni Bumi merupakan sebuah panggung aspirasi bebas yang terbuka bagi seluruh kalangan sebagai tempat menyampaikan aspirasi mengenai berbagai keresahan terhadap kondisi bumi akhir-akhir ini. Kegiatan ini bertujuan menampung keresahan teman-teman seniman melalui karya-karyanya seperti sastra, syair, dan nyanyian.

Acara ini mengusung tema “Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto Dur Angkoro” yang mengartikan bahwa sebagai seorang manusia kita harus memiliki tekad untuk mencapai tiga tujuan utama kehidupan, yaitu keselamatan kebahagiaan dan kesejahteraan yang abadi. Dalam konteks pelestarian bumi, secara sadar kita juga ikut mengabadikan kondisi bumi sebagai salah satu faktor keselamatan, kebahagiaan dan juga kesejahteraan baik untuk kehidupan di masa kini maupun di masa mendatang.   

Kegiatan ini diisi oleh beberapa seniman yang menampilkan monolog, musik, pembacaan puisi, dan keroncong. Martha Kumala Dewi, selaku panitia acara mengatakan bahwa adanya pertunjukan seni musik keroncong ini sebagai salah satu wadah bagi orang-orang yang tertarik dengan seni musik keroncong untuk dapat unjuk gigi sekaligus menyuarakan keresahannya melalui nyanyian. 

“Sebenarnya tema yang diangkat lebih mengacu pada esensi sebuah kebahagiaan. Kita juga ingin memberikan pandangan kepada masyarakat Jawa Tengah bahwa melalui acara inilah kita dapat mengaspirasikan suara dari segala sektor masyarakat. Tidak hanya dari teman-teman aktivis dan pendamping lingkungan, tetapi juga dari para seniman,” jelas Martha.

Bumi semakin rusak akibat adanya penambangan, kemajuan teknologi, dan aktivitas manusia lainnya. Oleh sebab itu, bumi harus dirawat dengan tepat dan membudayakan pelestarian lingkungan dalam keseharian. Misalnya dengan mengurangi konsumsi sampah plastik dan memisahkan sampah berdasarkan jenisnya, organik dan anorganik.

“Kita bisa mulai menjaga bumi dengan meningkatkan kesadaran diri sendiri, sebisa mungkin membiasakan diri untuk merawat lingkungan sekitar. Dimulai dari mengurangi penggunaan plastik dan pemilahan antara sampah organik dengan anorganik. Dengan mengubah kebiasaan dan penanaman mindset inilah yang menjadi tonggak awal dari perubahan,” ungkap Agung Fajar, perwakilan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang.

Selaras dengan apa yang telah disampaikan oleh Agung sebelumnya, Asih Igus, salah seorang pengunjung. Asih telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan bumi seperti menanam tanaman hijau di sekitar kawasan rumah dan  mengelola sampah dengan benar.

“Kerusakan di bumi sebagian besar memang bersumber dari manusia itu sendiri,” ucap Asih.

 

Reporter: Vera Candra Prabaswati & Iqda Nabilatul Khusna

Penulis:: Laily Mukaromah/Magang BP2M, Yulfiha Nur Azizah/Magang BP2M

Editor: Rusdiyana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *