Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Advertorial Beranda

Mengembangkan Bisnis Ramah Lingkungan Melalui Eco Enzyme dan Eco Print

Produk Eco Enzyme dalam bentuk kemasan yang sudah siap untuk dipasarkan. (Dok. Anugrah Ari)

Selasa (30/08), Mahasiswa Unnes Giat 2 melaksanakan sosialisasi bertajuk “Mengembangkan Ide Usaha bagi Pemuda” di aula Balai Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten. Sosialiasi dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB. Peserta yang hadir merupakan pemuda dan pemudi Desa Karangpakel. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun minat berwirausaha kepada pemuda Desa Karangpakel, tentunya dengan konsep yang ramah lingkungan.

Nanda dan Titin, selaku pemateri menyampaikan peluang usaha melalui ide pembuatan Eco Enzyme dan Eco Print. Sebelum itu, Anin dan Rahma dari Pengembangan Kepedulian dan Kepeloporan Pemuda Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah, menyampaikan materi tentang “Bagaimana Seseorang Memunculkan Ide Untuk Menjadi Peluang Usaha Dari Kebiasaan Sehari-Hari.”

“Mencari ide usaha itu tidak perlu jauh-jauh dan mentereng. Lihat saja sekitar, lihat apa yang disukai. Siapa tahu hal itu dapat menjadi peluang usaha,” tukas Anin saat menyampaikan materi.

Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang Eco Enzyme oleh Nanda dan Titin. Eco Enzyme merupakan cairan serbaguna yang terbuat dari fermentasi limbah organik. Limbah organik yang digunakan adalah sisa buah dan sayuran. Pembuatan Eco Enzyme dapat dilakukan secara mandiri. Alat yang digunakan cukup menggunakan toples. Sedangkan bahan fermentasi yang digunakan adalah air gula merah. Perbandingan takaran yang digunakan yakni 10:3:1. Sepuluh untuk air, tiga untuk sampah, dan satu untuk gula merah. Semua bahan dicampurkan, kemudian didiamkan di tempat yang lembab dan Eco Enzyme dapat dipanen setelah tiga bulan.

Eco Enzyme yang berhasil memiliki cairan yang berwarna cokelat seperti larutan gula, muncul jamur berwarna putih di atas cairan, dan beraroma asam. Sedangkan Eco Enzyme yang gagal memiliki cairan yang berwarna kehitaman, tumbuh belatung, dan berbau busuk,” jelas Nanda.

Nanda memaparkan alasan Eco Enzyme disebut sebagai cairan serbaguna. Menurutnya, Eco Enzyme dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, pelembab kulit, filter udara, herbisida, pestisida, dan dapat menurunkan asap dalam ruangan.

Kegiatan dilanjutkan dengan materi dan praktik pembuatan Eco Print. Eco Print merupakan produk yang dibuat dengan proses pencetakan suatu bahan pada kain yang ramah lingkungan. Bahan cetak yang digunakan adalah dedaunan dan bunga.

“Teknik Eco Print bertujuan untuk memberikan alternatif memproduksi tekstil yang ramah lingkungan dan menyampaikan pesan pentingnya mengonsumsi dan memproduksi produk-produk ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi besarnya penggunaan zat warna sintetis. Penggunaan zat warna sintetis dalam pewarnaan bahan tekstil dapat menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan dan gangguan keseimbangan ekologis di alam,” ucap Titin ketika menyampaikan materi.

Praktik pembuatan Eco Print oleh peserta sosialisasi di aula Balai Desa Karangpakel. (Dok. Anugrah Ari)

Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain: kain katun, tawas, cuka, minyak zaitun, tunjung, daun-daunan dan bunga misalnya: daun jati, daun jarak, daun paku, daun lanang, bunga kenikir, bunga sepatu, dan lain-lain. Alat-alat untuk membuat Eco Print adalah: baskom, panci pengukus, plastik untuk alas dan tali.

Eco Print dibuat dengan cara menempel bentuk asli dari daun atau bunga pada kain sebagai media cetak. Teknik yang digunakan yaitu dengan memukul-mukul bahan pada kain hingga menempel sempurna dan warna alami dari daun dan bunga terkelupas. Setelah itu, kain dan bahan yang sudah menempel. Kemudian kain digulung dan dibiarkan beberapa hari hingga siap untuk dicuci. Kain yang telah selesai diolah menjadi berbagai jenis fashion, seperti baju, tas, sepatu, dan sebagainya.

Della, salah satu peserta sosialisasi begitu antusias ketika mengikuti praktik pembuatan Eco Print. Ia memukul-mukul kain di atas meja bersama peserta sosialisasi lain. Aula penuh gemuruh dengan suara pukulan.

“Saya mungkin bisa mencobanya di rumah,” ucap Della sambil memukul-mukul kain.

Mahasiswa UNNES GIAT 2 Desa Karangpakel berfoto bersama peserta sosialisasi “Menumbuhkan Ide Usaha bagi pemuda” (Dok. Anugrah Ari)

 

Tim Mahasiswa Unnes Giat 2 Desa Karangpakel

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *