Setelah 3 Tahun Hiatus, Nihon Matsuri Kembali dengan Tema Shinsekai no Geeto
Foto Esai Jepret

Setelah 3 Tahun Hiatus, Nihon Matsuri Kembali dengan Tema Shinsekai no Geeto

Dua cosplayer tersebut adalah maskot dari Nihon Matsuri tahun ini. Di sebelah kiri, ada Mirai yang digambarkan sebagai robot yang diciptakan untuk melindungi klan Kagurazaka. Sementara itu, di sebelah kanan, ada Kagurazaka Aito yang merupakan penguasa wilayah Sejima bagian selatan, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]

Nihon Matsuri merupakan festival budaya Jepang yang diadakan secara tahunan oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang (Unnes). Festival ini kembali dilaksanakan setelah tiga tahun terhenti akibat pandemi Covid-19. Tahun ini, Nihon Matsuri mengusung tema “Shinsekai no Geeto” (新世界のゲート). Dalam bahasa Indonesia tema itu berarti “Gerbang Menuju Dunia Baru”. Pameran ini diadakan di lapangan B1 atau Panggung Budaya, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes, Sabtu (27/5). 

Festival ini menawarkan berbagai kegiatan menarik seperti lomba akademik, termasuk lomba cerdas cermat, lomba kana, dan rosoku. Selain itu, juga terdapat lomba umum seperti lomba cover tari, lomba cover lagu, lomba cosplay, kompetisi band, dan coswalk. Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan tamu spesial dari berbagai kalangan. 

Ketika memasuki lokasi acara yang terletak di lapangan B1, para pengunjung akan disambut dengan sejumlah tenant yang menawarkan berbagai aksesoris dengan tema anime. Di antara aksesoris-aksesoris tersebut, terdapat kipas, bando kucing, gantungan kunci, stiker, poster, dan kaos yang semuanya mengusung tema anime, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]
Di antara tenant yang ada, terdapat juga tenant yang menawarkan jasa menggambar karakter dengan gaya anime. Tenant ini diprakarsai oleh beberapa mangaka lokal atau yang lebih dikenal sebagai komikus. Mereka menawarkan layanan ini dengan harga sangat terjangkau, yaitu hanya Rp 5.000 per karakter, dan mereka dapat membuatnya dalam waktu kurang dari 5 menit, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]
Seorang cosplayer sedang menirukan tentara Jepang pada masa penjajahan dengan mengenakan seragam serta membawa replika senjata laras panjang untuk menghidupi karakter secara mendalam, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]
Di bawah teriknya matahari, antusiasme para pengunjung tetap tinggi dalam menikmati festival budaya ini. Mereka memiliki kesempatan untuk berfoto bersama para cosplayer yang hadir, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]
Di dalam festival ini, terdapat sejumlah tenant yang menjual makanan dengan tema jejepangan. Salah satunya adalah seorang pedagang yang sedang membakar sate diatas gril, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]
Pengunjung sangat menikmati penampilan band Noyushimi yang membawakan berbagai lagu Jepang. Salah satu lagu yang dibawakannya berjudul “KICK BACK” yang dipopulerkan oleh Kenshi Yonezu dan lagu tersebut merupakan opening dari anime Chainsaw Man, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]
Sebagai puncak dari rangkaian acara dalam festival budaya ini, pengunjung disajikan dengan sebuah drama yang mengisahkan wilayah bernama Senjima, di mana kemajuan teknologi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekonomi, pemerintahan, dan sektor-sektor lainnya. Dalam cerita ini, ditemukan inovasi berupa gelang Airie yang berperan sebagai alat multifungsi untuk kegiatan sehari-hari dan diberikan kepada setiap penduduk wilayah tersebut. Wilayah Senjima sendiri terbagi antara Klan Fukakusa yang dipimpin oleh Fukakusa Hibiki dan Klan Kagurazaka yang dipimpin oleh Kagurazaka Aito, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]
Di bawah langit malam yang dingin, pengunjung dengan antusias menyaksikan pertunjukan drama yang diselenggarakan oleh panitia Nihon Matsuri. Dengan tertib, mereka duduk di depan panggung sambil menikmati setiap momen dari pertunjukan yang sedang berlangsung, Sabtu (27/5). [BP2M/Rifky]
 

Reporter: Arindra Rifky Saputra

Editor: Adinan Rizfauzi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *