Dukuh Timbulsloko yang Dikepung Banjir Rob
Foto Esai

Dukuh Timbulsloko yang Dikepung Banjir Rob

Jembatan kayu sebagai satu-satunya akses di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Minggu (4/6). Banjir rob yang mulai berlangsung sejak 2012 itu membuat wilayah yang terletak di Pantai Utara Jawa (Pantura) seakan menjadi kampung terapung. [BP2M/Rifky]

Hanya ada dua pilihan bagi warga Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak: meninggikan lantai rumah agar terhindar dari genangan rob atau mencari tempat tinggal baru di tempat lain. Banjir Rob telah menjadi permasalahan menahun bagi penduduk yang tinggal di wilayah Pesisir Pantai Utara (Pantura) itu. Agar tetap bisa bertahan, warga yang masih tinggal di Dukuh Timbulsloko pun mau tak mau harus beradaptasi dengan lingkungan yang ada, salah satunya dengan membangun jembatan kayu yang menghubungkan satu rumah dengan rumah warga yang lainnya.

Sebagai upaya untuk merespons persoalan banjir rob di Kawasan Pantura itu, beberapa organisasi masyarakat sipil dan organisasi mahasiswa di Semarang menggelar kegiatan bertajuk “Diuber Segoro: Merespons Pesisir Pantura yang Semakin Tenggelam” pada Minggu (4/6). Kegiatan yang digelar pada momen Hari Lingkungan Hidup di Dukuh Timbulsloko itu diikuti oleh puluhan peserta. Mereka melakukan kegiatan, seperti membuat dokumentasi dalam bentuk video atau foto, menulis, hingga melukis di lokasi kegiatan. Tujuannya adalah untuk menarasikan persoalan banjir rob di wilayah Pantura agar diketahui publik dan mendapat respons dari para pemangku kebijakan.

Seorang warga berdiri di tepi dermaga yang terbuat dari papan kayu untuk melihat kedatangan peserta “Diuber Segoro” yang tiba menggunakan perahu, Minggu (4/6). Selain menggunakan perahu, Dukuh Timbulsloko juga bisa diakses melalui jalan berukuran sekitar satu meter yang terbuat dari susunan batu dan tanah. [BP2M/Rifky]
Ekspresi keceriaan terpancar di wajah anak-anak ketika mereka dilibatkan dalam kegiatan “Diuber Segoro” pada Minggu (4/6). Anak-anak di Dukuh Timbulsloko diajak berpartisipasi melalui aktivitas bernyanyi, menggambar, dan menulis. [BP2M/Rifky]
Para peserta kegiatan “Diuber Segoro” sedang mengambil foto di Dukuh Timbulsloko pada Minggu (4/6). Kegiatan Diuber Segoro ini digelar oleh berbagai lembaga, seperti WALHI Jateng, Mahasiswa Bergerak, BEM KM Unnes, FNKSDA Semarang, LBH Semarang, BP2M Unnes, Aksi Kamisan Semarang, BEM FIS Unnes, dan Yayasan Setara. [BP2M/Rifky]
Tampak dua anak telah menyelesaikan gambarannya. Selain menggambar, terdapat kegiatan lain, seperti bernyanyi dan menulis, yang dapat diikuti anak-anak dalam kegiatan “Diuber Segoro” pada Minggu (4/6). [BP2M/Rifky]
Dua anak tengah menaiki perahu di dekat lokasi tambak di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak pada Minggu (4/6). Dulunya, kawasan itu merupakan area persawahan. Naiknya permukaan air laut membuat warga mengalihkan area itu menjadi tambak. [BP2M/Rifky]
Terdapat sekelompok warga yang melakukan ziarah di lokasi pemakaman di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang telah dikelilingi air laut pada Minggu (4/6). Untuk menyiasati agar pemakaman tidak tergenang, warga membangun tanggul menggunakan ban bekas dan atap seng. Dari pemukiman warga, pemakaman tersebut dapat diakses dengan jembatan kayu. [BP2M/Rifky]
Beberapa anak sedang melintasi jembatan kayu yang dibangun di atas genangan banjir rob pada Minggu (4/6). [BP2M/Rifky]
Seorang anak tengah memancing di sebuah rumah yang yang dikepung banjir rob, Minggu (4/6). [BP2M/Rifky]
Salah satu rumah dengan keadaan kosong di Dukuh Timbulsloko pada Minggu (4/6). Rumah tersebut dalam keadaan rusak akibat diterjang banjir rob. [BP2M/Rifky]

 

 

Reporter: Arindra Rifky Saputra

Editor: Adinan Rizfauzi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *