Oleh: Alvina Briantiningsih*
Tuan Tak Bernama
Tengah kuusahakan Tuan
Agar namamu abadi dalam waktu
Agar mereka tau kau hidup
Di suatu masa yang kan berlalu
Kan kuceritakan pada kawan sanak saudara
Pada lukisan dan hantu sudut kamar
Tuan tak bernama di persimpangan jalan
Mengajak nasib dan waktu bermain dadu
Langitkan sajak doa untukku Tuan
Jika kelak Tuhan berkehendak
Suatu hari namamu kan terungkap
Ketika aku dan kau berpisah di ujung jalan
Harga Mahal
Aku tlah membayar mahal
Untuk cintaku padamu
Pupus dalam satu malam
Oleh puan dalam kalbumu
Cintaku tak bersambut
Kau pilih puan dibalik kabut
Dan aku tinggal sendiri
Dalam duka lara tak bertepi
Hantu
Kau senandungkan lagu syahdu di telinga
Saban jarum jam terhenti di angka dua
Wajahmu setia terngiang
Kala kutatap kamera di sudut ruang
Malam bertopeng jadi siang
Siang menyamar jadi malam
Entah berapa hari kuperangi
Menyanyikan seribu elegi
Merelakan kasihku pergi
Setara dalam Lara
Cahayanya tak seagung baskara
Tak pula seindah rembulan
Duka merengkuh takdirnya
Dusta melilit erat lidahnya
Cintanya pupus di tangan Tuhan
Pahlawannya tlah berpulang
Tak ada sempurna dalam bayangnya
Layaknya insan yang setara
Cahaya dalam ketidaksempurnaan
Menumbuhkan kasih dalam diri yang sepi
Mencari seribu jalan tuk mengobati lara
Menerjang badai dan amukan prahara
*Mahasiswi Sastra Indonesia Unnes 2021