Judul Buku : Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati
Penulis : Brian Khrisna
Penerbit : Gramedia Widiasarana Indonesia
Tahun Terbit : Januari 2025
ISBN : 9786020531328
Tebal halaman : 210 halaman
Pantaskah hidup ini untuk terus dilanjutkan? Hidup itu paradoks. Untuk bisa sembuh, kamu harus merasakan sakit dulu. untuk bisa mengenal kedamaian, kamu harus berperang dulu. Untuk bisa mengenal apa itu bahagia, kamu harus pernah sedih dulu. Untuk bisa bangkit melawan, kamu harus jatuh kalah dulu. (hal 154)
Brian Khrisna merupakan seorang penulis kelahiran 17 Januari yang memiliki ciri khas melankolis pada karya-karyanya. Pengalaman hidup serta berbagai kisah kehidupan orang-orang yang pernah Ia temui menjadi salah satu daya tarik pembaca. Pada proses penulisan karya “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”, ia melakukan diskusi kepada psikiater dan melakukan wawancara terhadap para penyintas depresi akut yang telah berhasil sembuh. Pembawaan setiap karyanya tidak menggurui, tapi membawa sudut pandang baru yang tidak setiap orang bisa menyadarinya. Brian Khrisna cenderung menggunakan diksi sederhana namun disusun sedemikian rupa sehingga maknanya sampai kepada pembaca dengan mudah. Hal ini menjadi salah satu kekuatan di era digital, di mana banyak orang gemar mengunggah suatu hal menarik di sosial media. Dengan kalimat sederhana namun banyak orang merasa relate, karya-karya Brian Khrisna pun semakin dikenal publik melalui berbagai platform.
“Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” berisi suatu proses dari bagian perjalanan hidup Ale, seorang karyawan di kantor kawasan elit ibukota dengan perawakan tinggi, gemuk, besar, dan berkulit hitam. Ia mengalami penolakan sosial dan banyak tekanan dari berbagai arah hingga terdiagnosis depresi akut. Banyak pertanyaan seputar kehidupan seringkali muncul di kepalanya. Kondisi ini membuat berbagai kemungkinan bisa terjadi kapan saja. Buku ini menceritakan bagaimana pengalaman-pengalaman dalam hidup Ale mampu menjawab berbagai pertanyaannya setelah keputusan mengakhiri hidup 24 jam dari sekarang.
Dalam buku ini dituliskan banyak hal kecil dalam kehidupan yang pantas dijadikan alasan untuk hidup sekali lagi. Kejadian yang dituliskan oleh Brian Khrisna merupakan hal-hal yang sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata. Banyak hal yang tidak sesuai ekspektasi kita bukan berarti hidup ini tidak layak untuk dilanjutkan. Karena sejatinya kunci bertahan hidup itu merupakan penerimaan. Menerima jika tidak semua hari akan berjalan baik, tidak semua rencana akan berjalan lancar, tidak semua orang akan berlaku baik ketika kamu baik kepada mereka. Dan itu semua tidak apa-apa. (hal 198)
Penulis menggunakan diksi yang menarik pembaca untuk tenggelam dalam cerita-ceritanya. Meskipun terdapat unsur puitis, struktur kalimat yang digunakan masih ringan sehingga tidak membebani pemahaman pembaca. Refleksi tentang tema-tema berat seperti kehilangan, penolakan, dan makna hidup menjadi terasa lebih membumi. Di balik kesan melankolis yang dibawakan, penulis turut menyelipkan humor/sarkasme yang membuat pembaca tidak bosan. Latar tempat berbeda-beda pada setiap bab namun tetap berkesinambungan menambahkan sensasi nyata sehingga pembaca bisa lebih menikmati pengalaman membaca. Namun, beberapa kesinambungan tidak diceritakan secara tuntas sehingga pembaca menjadi heran. Bagi pembaca yang menyukai konflik, klimaks, dan plot twist, buku ini akan terasa membosankan karena isinya tentang observasi kehidupan sehari-hari.
Dalam buku ini, Brian Khrisna menggunakan gaya bahasa yang komunikatif dan sederhana dengan dominasi pilihan kosakata sehari-hari cenderung singkat dan lugas sehingga buku ini menjadi mudah dipahami. Kecenderungan penggunaan register rendah pada karyanya membuat narasi lebih alami sehingga pembaca merasa relatable. Kesan melankolis diperkuat dengan konsistensi penggunaan gaya bahasa oleh penulis. Metafora pada beberapa judul bagian juga memperkuat imajinasi pembaca terhadap makna-makna yang disampaikan dalam cerita itu. Seperti pada bagian delapan yang berjudul “Seloyang Kue Pandan Hijau” yang isi ceritanya bermakna penolakan merupakan cara Tuhan mengarahkan kita ke takdir yang terbaik menurut-Nya. Penggunaan gaya bahasa oleh Brian Khrisna ini berhasil mempertegas ciri khasnya sebagai penulis.
Buku ini cocok dibaca untuk orang yang sedang merasa kosong, ingin dipeluk lewat kata-kata, atau sedang mencari makna kecil dari hidup yang kadang terasa besar dan melelahkan. Buku ini juga direkomendasikan untuk pembaca yang menyukai tulisan-tulisan reflektif. Pembaca dapat membeli buku ini dengan harga yang relatif terjangkau seharga Rp74.000 setara dengan pengalaman yang diberikan penulis dengan banyaknya muatan makna kehidupan yang tertulis di dalamnya.
Penulis : Aisha