LINIKAMPUS Blog Berita Laporan Utama Menyusuri Jejak Perjuangan Warga Dukuh Toplek dan Pendem, Tolak Tambang Demi Keutuhan Mata Air
Beranda Berita Indepth Kabar Laporan Utama Utama

Menyusuri Jejak Perjuangan Warga Dukuh Toplek dan Pendem, Tolak Tambang Demi Keutuhan Mata Air

Aksi warga dalam menolak keberadaan tambang di Dukuh Toplek dan Pendem (Sumber: dokumentasi warga)

Malam itu, puluhan warga gabungan Dukuh Toplek dan Pendem, Desa Sumberrejo, Jepara menggelar doa bersama atau istighosah di kaki Gunung Mrica. Diadakannya doa bersama tersebut dipercaya warga untuk menolak bala. Bala dalam hal ini yaitu tambang yang akan beroperasi di Dukuh Toplek dan Pendem. Jam menunjukkan sekitar pukul 20.30 WIB, menandakan mulainya doa bersama yang didaraskan oleh warga. Tak hanya istighosah, warga juga mendengarkan cerita yang dibagikan oleh Daniel Frits, aktivis lingkungan hidup dari Kepulauan Karimunjawa pada Sabtu, (09/08/2025).

Panjatkan doa sebagai upaya saling menguatkan

Marfuah, seorang ibu yang datang ke doa bersama mengatakan bahwa tujuan diadakannya acara ini yaitu untuk menguatkan sesama warga supaya tetap kompak. Ia melanjutkan cerita tentang doa bersama yang sebelumnya sudah dilakukan berkali-kali.

“Pernah berkali-kali istighosah, acara tilik sumber (juga) pernah,” ujarnya.

Seusai diadakannya doa bersama, Daniel membagikan kisah perjuangannya saat menyuarakan kerusakan lingkungan akibat tambak udang di Karimunjawa. Ia juga berpesan bahwa doa bersama yang diselenggarakan oleh warga sudah merupakan langkah tepat.

“Perjuangan tanpa doa adalah kesombongan, yang bisa kuatkan benar-benar yang di Atas,” pesannya.

Seorang warga sedang membaca doa untuk dukuh mereka (Sultan/BP2M)
Beberapa warga sedang membaca doa untuk dukuh mereka (Sultan/BP2M)

Hadir pula Dennis, seorang berkewarganegaraan Jerman yang juga membagikan cerita serupa dengan kondisi warga Dukuh Toplek dan Pendem. Ia menceritakan tentang salah satu kota di Jerman yang sumber daya alamnya juga dikeruk dan pihak penambang belum memedulikan keadaan warga desa sekitar tambang.

“Sama seperti di sini, di sana (Jerman) pihak tambang juga hanya menambang. Tidak peduli dengan keadaan warga desa,” ucapnya.

Tak hanya menyampaikan ceritanya, tapi dia juga memberikan pesan bahwa penting keberadaan satu sama lain untuk saling terhubung agar dapat melawan secara global.

“Pentingnya kita di sini untuk saling terhubung menemukan koneksi dan bersatu agar bisa melawan secara global,” gagasnya.

Dalam sepenglihatan Tim BP2M di lokasi, tanah yang akan ditambang tersebut, akan menyebabkan berkurangnya mata air. Mengingat beberapa desa di Sumberrejo seperti Dukuh Alang-alang Ombo yang tanahnya sudah ditambang, pernah mengalami krisis air bersih, debu produktivitas tambang yang bertebaran, serta suara bising dari aktivitas tambang. Pertanian yang menjadi sumber kehidupan warga juga terdampak dalam bentuk pencemaran air, jika tambang beroperasi di Dukuh Toplek dan Pendem.

Adetya Pramandira dari Wahana Lingkungan Hidup Jawa Tengah menyampaikan pesannya kepada warga Dukuh Toplek dan Pendem yang tengah memerjuangkan penolakan tambang. 

“Kita ga perlu takut dibilang menghalang-halangi sama polisi dan pihak tambang,” pesannya menguatkan warga.

Sepanjang acara juga didukung dengan sajian makanan ringan tradisional dan air putih dari sesama warga. Hal ini menunjukkan solidaritas sederhana yang memperkuat perjuangan warga. 

Pada penghujung acara, Ustaz Syukron Makmum yang memimpin sepanjang istighosah berpesan bahwa perjuangan warga dalam menolak keberadaan tambang ini merupakan upaya memertahankan hak masing-masing individu. Ia juga melanjutkan bahwa perlunya rasa sepenanggungan.

“Ada makan, kita makan bersama. Ada susah kita panggul bersama. Disaat kita berjuang, kita semua sama-sama memertahankan hak masing-masing individu warga,” pesannya yang dilanjutkan seruan setuju oleh warga.

Rangkaian acara tersebut akhirnya ditutup sekitar pukul 23.00 WIB dan warga kembali ke rumah masing-masing sambil membawa sajian makanan ringan yang masih tersisa.

Menilik cerita perjuangan warga dalam memertahankan mata air

Irwan, salah satu pemuda dari Dukuh Toplek bercerita tentang perjuangan warga yang menolak tambang di Dukuh Toplek dan Pendem. 

“Yang pertama, kalau jadi tambang kan sumber mata air itu pasti mati ya kan, karena lokasinya di pas dari sumber mata air. Terus yang kedua, kita udah punya pengalaman untuk yang di Alang-alang Ombo,” tuturnya merefleksikan aktivitas tambang yang sudah berjalan di Alang-alang Ombo.

Posisi pertambangan di Dukuh Toplek dan Pendem yang jika ditambang berada di pinggir jalan. Hal ini kan memengaruhi mata air, longsornya tanah, kualitas hasil pertanian warga, timbulnya debu, dan suara bising dari beroperasinya alat berat. Tambang batuan andesit milik CV. Senggol Mekar yang akan beroperasi diawali dengan pembuatan jalur bagi alat berat, tepat di atas sumber mata air warga. Sehingga, tambang nantinya akan memengaruhi keutuhan mata air yang menjadi sumber kehidupan warga.

Sumber mata air yang menghidupi kebutuhan warga (Sultan/BP2M)

Dalam diskusi antar warga, mereka mendesak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara segera mencabut izin tambang milik CV. Senggol Mekar di Dukuh Toplek dan Pendem. Disamping itu, warga masih perlu untuk memersiapkan perjuangan lebih matang guna menuntut izin CV. Senggol Mekar dicabut. 

Irwan melanjutkan, ”Kalau musim hujan itu apa? Limbah yang turun, pasir-pasir batu itu sampai ke tempat pertanian, sawah. Jadi sawah itu banyak batu-batu sekarang. Kadang itu, udah masuk jam 3, mobil udah lalu lalang, berisik kan. Apalagi ini pas (tambang) di atas permukiman, kayak apa nanti kalau jadi gitu, berarti? Kita nggak mengandai-andai, tapi udah liat kenyataan yang ada di sebelah,” keluhnya sambil menceritakan realita tambang di Alang-alang Ombo, jika juga beroperasi di Dukuh Toplek dan Pendem.

Intervensi semakin kuatkan solidaritas warga

Tak hanya berdampak bagi lingkungan, keberadaan tambang yang mengusik warga dalam proses awalnya dari bulan Desember 2024 memengaruhi psikologis warga yang mendapat intervensi berkali-kali. Mulai dari aksi pertama pada Januari 2025 hingga sekarang, berdatangan pihak-pihak yang dianggap warga menakut-nakuti mereka. Polisi yang menyampaikan surat pemanggilan dan preman yang mengancam warga sudah biasa menjadi pantikan warga untuk kembali menguatkan solidaritas. 

Dalam setiap atmosfer diskusi, warga berharap agar kekuatan mereka bersama untuk melawan tambang bisa lebih mengukuhkan solidaritas. Sehingga, proses pertambangan secara legal diberhentikan dan anak cucu di Dukuh Toplek serta Pendem bisa tetap menikmati alam yang menjadi sumber kehidupannya. 

Reporter: Sultan Ulil, Lidwina Nathania

Penulis: Sultan Ulil

Editor: Lidwina Nathania

Exit mobile version