Kabar Kilas

Mengingat Lembaran Kelam, Aksi Kamisan Tolak Gelar Pahlawan Nasional Bagi Soeharto

Massa aksi menyerukan pernyataan sikap yang berisi lima tuntutan pada Aksi Kamisan di Simpang 7 Unnes, Kamis (6/11/2025) [Nayna/BP2M]
Massa aksi menyerukan pernyataan sikap yang berisi lima tuntutan pada Aksi Kamisan di Simpang 7 Unnes, Kamis (6/11/2025) [Nayna/BP2M]

Di tengah rintik hujan, sekumpulan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) tetap mengumandangkan Aksi Kamisan. Aksi ini sebagai bentuk solidaritas dengan tajuk “Mengawal Kematian Iko Juliant Junior dan Menolak Pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto”. Aksi yang sebagai bentuk merawat ingatan lembaran kelam pelanggaran Hak Asasi Manusia ini, diselenggarakan di Simpang Tujuh Unnes pada Kamis, (6/11/2025) pukul 17.45 hingga 18.30 WIB. 

Selain itu, Aksi Kamisan ini menjadi pengingat isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi pasca aksi bulan Agustus. Faiz, mahasiswa Ilmu Politik menjelaskan bahwa Aksi Kamisan yang diinisiasi teman-teman Unnes bertujuan untuk menaikkan kembali isu yang telah terjadi. Salah satunya adalah kasus kematian Iko Juliant Junior yang belum menemukan titik terang karena minimnya transparansi kepolisian. 

“Jadi, perlulah kita kembali lagi menaikkan isu ini untuk pengawalan soal kasus Iko,” jelasnya. 

Faiz menambahkan bahwa Aksi Kamisan ini juga menjadi bentuk penolakan pengangkatan presiden kedua Republik Indonesia yakni Soeharto sebagai pahlawan nasional. Penolakan tersebut didasarkan pada sejarah kepemimpinan Soeharto yang meninggalkan luka atas pelanggaran HAM yang terjadi pada tahun 1998. 

“Rasaku nggak bisa begitu aja kita langsung menyatakan Soeharto ini diangkat sebagai pahlawan nasional karena mengingat kasus pelanggaran HAM-nya yang begitu banyak,” ungkap Faiz.

Salah satu massa aksi mengutarakan kendala yang dijumpai dalam Aksi Kamisan. Mulai dari rintik hujan yang cukup menjadi kendala dalam pelaksanaan hingga pengawalan dari polisi yang mengintimidasi massa aksi.

“Pengalaman dari yang kemarin, massa kita cukup banyak. Mungkin gara-gara hujan jadi teman-teman juga punya kendala. Pengawalan tadi juga rasanya cukup mengintimidasi, aparat mengelilingi kita,” ujar mahasiswi tersebut.

Seorang mahasiswi Unnes yang tidak berkenan menyebutkan namanya tersebut menambahkan bahwasanya terdapat gambaran lebih lanjut dari Aksi Kamisan ini.

“Aku inginnya dari lingkup Semarang kemudian menyambut, kita bangun rekonsiliasi kembali. Gerakan-gerakan seperti ini untuk menyambut gerakan yang lebih besar. Kemudian juga agar suara kita ini bisa didengar sama penguasa,” katanya.

Faiz mengungkapkan harapan dengan adanya Aksi Kamisan tersebut pengawalan isu akan terus berlanjut membawa aksi yang lebih luas dimulai dari kesadaran mahasiswa di kampus. 

“Harapan kami pengawalan isu itu nggak redup hanya karena pas Agustus itu tingginya represi aparat. Rasaku kalau kita diam kita akan makin direpresi, makin dibungkam. Jadi, kita harus tetap bersuara,” ungkapnya. 

Aksi tersebut diakhiri dengan pembacaan pernyataan sikap yang dibacakan oleh perwakilan massa aksi, pernyataan sikap tersebut antara lain :

1. Tolak penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Presiden Soeharto  

2. Tolak pembredelan dan penghapusan sejarah kelam di masa lalu

3. Usut tuntas kematian Iko Juliant Junior

4. Bebaskan seluruh tahanan politik aksi demonstrasi besar-besaran di bulan Agustus lalu

5. Bebaskan Mas Botok dan Mas Teguh selaku tahanan politik atas aksi demonstrasi di Pati

Melalui pernyataan sikap sebagai penutup dari aksi, massa aksi menuntut pemerintah menunjukan komitmen nyata atas penegakan keadilan, menghormati hak asasi manusia, dan tidak melupakan sejarah kelam bangsa.

Reporter: Aan Andarwati, Nayna Salwa, Sultan Ulil, Salma Afifah, Vivin Santia, Vittorio Dijulian, dan Zahwa Zahira

Penulis: Aan Andarwati, Salma Afifah, dan Vivin Santia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *