PuisiSeni

Nukilan Bulan

ilustrator [BP2M/ Lala Nilawanti]
 
Oleh
Abi Fathe



Pukul Dua Pagi

pukul dua pagi dua pemuda saling pukul
pemuda satu mencongkel mata pemuda dua
pemuda dua tertawa
ia baru menghamili pacar pemuda satu

sopir metromini sedang
bercumbu dengan kernetnya
sopir angkot mati dihantam bus akap
sopir bajaj sekarat tertiban melarat
polantas mendengkur di dalam posnya

Membalas Takdir

malam berlari dikejar polisi
aspal pekat luruh oleh firasat
seorang gadis dikucilkan menangisi puisi
pemuda tanggung menantang tuhan setelah belajar filsafat

1998

matanya terbelalak saat merah menguras dadanya
kejahatan yang tak bisa dibeli
dengan imbalan surga
menaruh dendam di inti raganya

lalu lalang misil yang berasal
dari senapan yang menanggung
dosa-dosa kematian
bersinggungan dengan
apa-apa yang ia telah kehilangan

matanya kembali terbelalak
saat perlahan nyawanya terangkat

Sebentuk Usaha

usaha mengais ingatan dan menangis
mencari-cari sebuah nama yang tak pernah kukenal
pada sebuah jiwa yang memiliki api di pucuknya

aku kalap dan kalah.

lapisan ingatan mencoba menepis tangisan
hal-hal baik tak melulu berguna
dan menghibur diri yang sedang di ambang gugur
berdalih lupa dan mengobati luka
menjadi siasat terbentuknya tameng
pelindung pengikisan nurani
yang bersembunyi melawan kecewa
sekali lagi

aku kalap dan kalah.

Desember 2018

Penggiat Komunitas Sastra “Alas” Semarang dan pustakawan di Teman Baca.

Comment here