Orang-orang rapi berbaris memenuhi shaf, beralaskan tikar untuk meminta hujan, Dengan sajadah disapu debu lalu kemudian dibiarkan membentang. Siang itu, jawaban untuk doa orang-orang atas keresahan per-limabelastahunan-an yang melanda: Kekeringan terjawab, Selasa (03/11) adalah jawaban dari setelah sekian lama meminta.
Salat istiqa dilaksanakan untuk meminta hujan yang sudah tidak turun beberapa bulan |
Minggu (25/10) di Lapangan Banaran, Pukul 10.35 WIB takbir di rakaat pertama, untuk salat Istisqa’ di mulai. Satu orang ibu dan seorang perempuan terlihat tidak masuk dalam shaf, sedang mempersiapkan dan menjaga minuman gratis yang akan dibagikan setelah salat Istisqo’ untuk jamaah.
Aini (26), warga Banaran, Gang Kalimasada 1, setelah salat mengaku mengetahui tentang salat Istisqo’ dari tetangganya. “Ada pemberitahuan dari Masjid. Walaupun setiap tahunnya kekeringan, namun baru tahun ini ada salat meminta hujan,” Ujarnya sambil menutup mukanya dengan sajadah.
Bagi Aini, kekurangan air karena kekeringan pada bulan Agustus hingga Oktober tahun ini, juga berdampak pada aktivitas warga sehari-hari, mengungsi untuk mendapatkan air di tempat lain atau membeli galon, misalnya.
Senada dengan Aini, Subkhan (55) warga Banaran, jamaah salat Istisqo’ kemarau panjang terjadi pada tahun 1985, 1990-an, dan 2015. “Tahun ini termasuk kekeringan jangka panjang dari bulan Agustus hingga Oktober, dan membuat warga resah adanya kekeringan,” terangnya.
Masrokhan, Imam Salat Istisqo’ setelah dua rakaat diujung salam, dilanjutkan ia memimpin doa dengan menangkupkan kedua tangannya yang diikuti jamaah lainnya. Pukul 11.38 WIB, anak kecil, peci hitam berlari dari shaf menuju meja berisi es buah, es dawet sajian yang lain pertanda salat Istisqa’ selesai.