Pengumaman juara kompetisi peragaan busana batik nusantara. [Doc.BP2M] |
BP2M – Seorang guru memberikan ilmu kepada muridnya dengan harapan ilmu tersebut dapat diamalkan dan bermanfaat. Seperti halnya batik yang terlukis dalam sebuah selendang (sampur) panjang tak berujung. Kekayaan Indonesia satu ini kelak akan diwariskan kepada generasi mendatang.
Beberapa selendang bermotif batik warna-warni terpajang indah di aula utama Kampung Budaya Unnes. Selendang-selendang tersebut sengaja dipamerkan dalam acara Pameran Batik yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Program Studi Desain Tekstil.
“Sebenarnya, saat ini kami sedang melaksanakan kuliah empat SKS. Pameran Batik ini adalah sebagai tugas project kami dalam mata kuliah Tekstil,” ungkap Widda Rosyidina, Ketua Panitia. Mahasiswa Prodi Tata Busana semester lima yang mengambil mata kuliah Desain Tekstil diwajibkan untuk menggelar pameran dengan cara memamerkan produk nusantara (hasil karya). “Jadi, acara ini tiap tahun memang ada, tapi baru tahun ini kami melaksanakannya di Kampung Budaya. Sebelumnya, penyelenggaraannya selalu dilaksanakan di Fakultas Teknik,” tambah Widda.
Penyelenggaraan pameran batik nusantara yang bertajuk “Luhuring Sampur Wasiat Agung ing Bawana Konservasi” memiliki tujuan khusus. “Kami tidak ingin sekadar membumikan (bawana) budaya batik dalam lingkup fakultas kami saja. Namun bawana konservasi, yakni membumikan dalam satu universitas konservasi ini hingga lebih luas lagi,” lanjut Widda.
Selama ini, masih jarang ditemui upaya untuk mengeksplorasi produk nusantara terutama batik dalam sebuah acara besar. Hal itu menjadi salah satu alasan dalam penyelenggaraan pameran batik ini. Memperkenalkan batik serupa halnya dengan mewariskan ilmu. “Harapannya, ilmu yang diwariskan itu tidak hanya berhenti pada diri kita, tetapi sudah semestinya diwariskan kepada generasi mendatang,” kata Widda.
Selain pameran batik, ada juga kompetisi peragaan busana batik yang diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat umum. “Saya senang dan tidak menyangka bisa menjadi yang terbaik disini,” kata Siti Maryam, peraih juara pertama dalam kompetisi peragaan busana. “Tidak sia-sia datang jauh-jauh dari Brebes,” ujarnya.