Judul : Teacher’s Diary
Tahun : 2014
Durasi : 110 menit
Bercerita tentang guru, memang tidak ada habisnya. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang guru yang mengajar di pulau terpencil, tepatnya di rumah kapal Bann Ko Jatson school di Li District, Lamphun Province di utara Thailand. Namun, pada proses syuting dilakukan di tempat yang berbeda yaitu Kang Ka Jan Natural Park di Phetchaburi Province. Film produksi GTH (salah satu rumah produksi film di Thailand) tahun 2014.
Ann (Chermarn Boonyasak) dan Song (Sukrit Wisetkaew), guru yang mengajar di rumah kapal. Dua guru yang berada dalam waktu yang berbeda, namun diceritakan dalam waktu yang sama. Ann menulis segala apa yang ia lalui termasuk dalam menangani anak-anak bahkan sampai materi yang diajarkan pada mereka di buku hariannya. Kemudian ia kembali ke kota dan bukunya tertinggal sampai ditemukan dan dijadikan pedoman dalam menjalani hari-hari di rumah kapal oleh Song.
Berawal dari tato bintang tiga, pengasingan, sampai tumbuhnya semangat dan ambisi untuk mengajak anak didiknya menemukan cita-cita. Ann, seorang guru dengan dedikasi dan semangat yang tinggi. Pada suatu hari, ia dipanggil oleh kepala sekolah, ia ditegur karena menggunakan tato bintang tiga di tangannya. Ia diancam jika tidak menghapus tato itu maka ia akan dipindahkan ke rumah kapal. Ann meminta waktu dua hari, bukan untuk berpikir melainkan untuk membereskan barang-barangnya sebelum pindah ke rumah kapal.
Song, seorang pegulat yang tidak tau mau bekerja, melamar untuk bekerja di suatu sekolah. Kemudian ditempatkan di rumah kapal. Tidak sengaja Song menemukan buku harian Ann, ia membaca halaman demi halaman. Ada yang membuatnya bergidig, seperti air yang tersumbat cicak, ada mayat di toilet, sampai pada cerita mengapa ia berhenti mengajar di sana. Ya, karena merasa percuma mengajar mereka yang tidak punya cita-cita. Yang membuat ia tertarik yaitu Chon, salah satu murid kelas enam yang berhenti sekolah karena ingin membantu ayahnya mencari ikan.
Dedikasi dan Kualitas Mengajar
Menjadi seorang guru bukan hanya tentang A,B,C atau 1,2,3 yang terpenting adalah dedikasi dan kualitas dalam mengajar dan mendidik siswanya. Film ini bukan hanya menceritakan bagaimana sulitnya mengajar di tempat terpencil, melainkan bagaimana membantu murid yang mengalami kesulitan. Seperti ketika Song dan Ann berusaha membangkitkan semangat murid-murid, menyadarkan bahwa cita-cita itu penting.
Ketika kita memiliki cita-cita, kita akan semangat dan mau berusaha. Dengan susah payah, dengan bermacam kegagalan serta kegalauan. Mereka yang masih terpaku bahwa nenek moyang mereka sudah menjadi nelayan, jadi mereka hanya mempunyai bayangan menjadi seorang nelayan. Bagi mereka sekolah itu tidak penting. Tapi semakin hari, semakin dinasihati merekapun semakin mengerti, bahwa sekalipun hanya menjadi nelayan. Jadilah nelayan yang tidak bisa ditipu. Untuk itu sekolah sangat penting.
Pendidikan Itu Penting
Film ini memiliki kesamaan seperti film Laskar Pelangi, Sokola Rimba, dan Cita-citaku Setinggi Tanah, dimana kesemuanya mengangkat perihal pendidikan, pengajaran, dan cita-cita. Ketiganya penting dan tak bisa dipisahkan. Pendidikan harus diperoleh semua orang tanpa kecuali. Pengajaran tak hanya menyampaikan, namun menyangkut semua aspek kehidupan. Dan cita-cita tak harus setinggi langit, yang terpenting adalah proses untuk menggapainya.
Menjadi seorang guru bukan hanya menguasai materi. Namun, harus bisa membangun mental anak-anak agar bisa menjadi pribadi lebih baik dan memiliki cita-cita untuk diperjuangkan. Karena kelak, yang akan meneruskan perjuangan adalah anak-anak itu sendiri. Di Indonesia ada juga program semacam itu, yaitu SM3T (Sarjana Mengajar didaerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Suatu program pengiriman guru atau tenaga pendidik ke berbagai pelosok negeri. Perlu mental dan keberanian yang kuat serta keikhlasan. Untuk itu bersyukur dengan segala kemudahan dan kenyamanan dalam belajar mengajar itu penting dan harus. Guru adalah lentera kehidupan. Guru adalah pekerjaan yang mulia. [Diana]