[Ilustrator.BP2M/ Lala Nilawanti] |
Gegap gempita di tengah kota
Mengusik malam yang hendak lelap
Kerlip maya taklukkan angkasa
Menepis bulan menelajang gelap
Di atas panggung terbuka
Perempuan melantunkan tembang asmara
Dada dan paha setengah dibuka
Getarkan hati semua pria
Diiring suara kendang bertalu
Pemudi-pemudi berjingkrak-jingkrak tanpa malu
Tak perduli bisikan kalbu
Yang penting goyang makin seru
Itukah buah karyamu ?
Yang ingin kau persembahkan pada ibu kartinimu ?
Tatkala tanah tercinta, rindukan tangan terampil dari wanita perkasa !
Bukan jiwa yang kerdil, suka foya-foya dan gampang putus asa !
Di sudut gelap aku tak sampai hati
Melihat seorang ibu tak mau ketinggalan aksi
Antusias sekali mengisi emansipasi
mencipta asumsi lebih baik beli, daripada masak sendiri
Lebih baik sang bayi minum susu sapi, daripada payudaranya tak kencang lagi
Tak ingatkah kau kan kodrat perempuan sejati?
Aku geli, Aku risi
Inikah teladan bagi kami ?
Inikah cerminan bagi kami ?
Caramu sejajarkan kami di mata dunia ini ?
Lelah sudah memahami mayapada
Begitu banyak tercipta tanya
Mana perempuan beneran, mana perempuan jadi-jadian?
Apa ini yang disebut emansipasi masa kini?
Yang meneladani kartini ?
Tuhan, hanya engkau tumpuan harapan
Kuatkanlah akal perempuanku, tajamkanlah hati perempuanku
Bimbinglah perempuanku berjalan
Agar mampu hadapi tantangan zaman.
Baca Juga : Letak Feminisme Perempuan
Baca Juga : Lingkaran KarmaPerempuan Poliandris Drupadi
Baca Juga : Menjadi Perempuan, Cukup Itu Saja!