Tradisi Dugderan merupakan tradisi tahunan di Kota Semarang. Tahun ini, Dugderan dilakukan di tiga tempat berbeda. Dibuka di Balaikota Semarang, kemudian penerimaan Halaqoh di Masjid Agung Semarang, dan diakhiri dengan penyerahan Halaqoh kepada Gubernur Jawa Tengah di Masjid Agung Jawa Tengah.
Pukul 15.30 reporter Linikampus sampai di Masjid Agung Semarang. Reporter Linikampus melihat rombongan Dugderan yang sebelumnya dari Balaikota sudah sampai dan melakukan salat berjamaah. Di samping kiri dan kanan ada penjual makanan, mainan, pakaian, serta wahana permainan yang merupakan bagian dari pasar malam yang digelar sejak satu minggu lalu.
Baca Juga : Merawat Tradisi Lewat Hari Tari Sedunia
Masyarakat kauman dan Semarangan pun turut serta meramaikan Dugderan. Hal ini terlihat ketika Walikota Semarang Hendrar Prihadi serta tokoh-tokoh agama setempat menerima Halaqoh yang membacakannya di depan seluruh masyarakat yang hadir.
“Acara penerimaan halaqoh ini merupakan rekonstruksi halaqoh 1881 dimana tokoh-tokoh agama setempat menerima halaqoh dari orang yang melihat bulan (hilal),” ujar Muhaimin menjelaskan, Panitia Dugderan Masjid Agung Semarang.
Selesai pembacaan halaqoh, penyalaan mercon dan penabuhan bedug, hujan deras turun mengguyur seluruh masyarakat yang hadir. Meskipun begitu, keramaian tidak berhenti karena masyarakat menunggu pembagian Kue Ganjel Ril dan Air Khataman Alquran yang telah di siapkan pada jumat, 03 Mei 2019.
“Gajel Ril sudah disiapkan sebelumnya dan khataman quran sudah dilakukan jumat kemarin oleh kyai-kyai masjid agung semarang, ujar Akhmad, petugas Banser pembagi kue dan air khataman quran.
Teks dan Foto-foto : Fajar dan Afsana