LINIKAMPUS Blog Kabar Kilas Dies Natalis ke-56: Rektor Ungkap Sejarah Baru Hari Kelahiran Unnes
Beranda Kabar Kilas

Dies Natalis ke-56: Rektor Ungkap Sejarah Baru Hari Kelahiran Unnes

Upacara Pembukaan Dies Natalis ke-56 UNNES

Fathur Rokhman, Rektor Universitas Negeri Semarang saat menyampaikan pidatonya pada Upacara Pembukaan Dies Natalis ke-56 Unnes, Senin (8/3). [Dok. BP2M/Naufal]

Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi

Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes), Fathur Rokhman mengungkap sebuah sejarah yang belum banyak diketahui publik tentang hari kelahiran Unnes. Hal ini disampaikan melalui sambutannya dalam rangka Upacara Pembukaan Dies Natalis Unnes ke-56 bertajuk “Unnes Gemilang untuk Indonesia Maju”, Senin (8/3).

“Tanggal 8 Maret memiliki sejarah yang besar, kami membuka-buka dalam dokumen surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 271 Tahun 1965, yang ditandatangani oleh presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno,” kata Fathur.

Dokumen Keputusan Presiden Republik Indonesia yang disebutkan oleh Fathur menyatakan bahwa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Semarang yang merupakan cikal bakal Unnes berdiri pada tanggal 8 Maret 1965 dan telah tertuang pada surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 40 tahun 1965. Ia juga mengatakan bahwa Ir. Soekarno menandatangani surat keputusan tersebut pada 8 Juni 1965.

Sementara itu, Unnes selalu merayakan dies natalisnya pada tanggal 30 Maret setiap tahunnya. Hal itu kemudian dijelaskan oleh Fathur bahwa tanggal 30 Maret adalah hari pengesahan peraturan menteri tentang pendirian IKIP Semarang.

“Adapun tanggal 30 Maret 1965, yang selama ini kita kenal sebagai hari kelahiran IKIP Semarang adalah hari ketika Presiden Soekarno mengesahkan peraturan menteri tentang pendirian IKIP Semarang tersebut. Jadi, IKIP Semarang itu kemudian menjadi IKIP Negeri Semarang tanggal 30 Maret (1965),” ujarnya.

Tanggal Penting Kelahiran Unnes

Dari pernyataan Fathur tersebut, kini diketahui terdapat tiga tanggal penting terkait hari kelahiran Unnes, yaitu 8 Maret 1965, 30 Maret 1965, dan 8 Juni 1965. Jika kampus mengambil 8 Maret 1965, itu artinya Unnes lahir dari IKIP Semarang. Apabila kampus mengambil 30 Maret 1965, itu berarti Unnes lahir dari IKIP Negeri Semarang yang diaktifkan sejak tanggal 30 Maret 1965. Dan jika kampus mengambil 8 Juni 1965 sebagai perayaan dies natalis, berarti Unnes lahir dari IKIP Negeri Semarang yang ditetapkan dengan tanda tangan Bung Karno pada tanggal 8 Juni 1965 tersebut.

Akan tetapi, dalam perayaan Dies Natalis ke-56 Unnes tahun 2021 ini, Fathur mengatakan bahwa kampus masih tetap mengambil hari kelahiran Unnes pada tanggal 30 Maret 1965. Tidak dijelaskan apa alasan kampus memilih tanggal 30 Maret daripada tanggal lain yang sudah disebutkan sebelumnya.

“Tahun ini (kita masih) mengambil hari kelahiran Unnes 30 Maret 1965, dan kami berniat tanggal 8 Juni 2021 kami akan mengajak para pimpinan Unnes ziarah ke makam Ir. Soekarno,” katanya.

Kemungkinan Perubahan Hari Lahir Unnes

Dalam sambutannya, Fathur mengatakan bahwa ke depannya tidak menutup kemungkinan jika akan ada perubahan lagi yang terungkap. Menurutnya, hal ini bergantung dengan bagaimana pemikiran atau penemuan arsip baru yang lebih autentik dan memiliki dasar hukum yang lebih kuat.

Ia mencontohkan sebuah pemikiran yang mengambil tanggal 8 Juni 1965, dengan alasan karena pada tanggal tersebut Presiden Soekarno menetapkan surat keputusannya.

Adapun pernyataan Fathur yang mengungkap sejarah tentang hari kelahiran Unnes tersebut dimaksudkan untuk membangun ruang diskusi baru bagi kalangan sivitas akademika Unnes dengan berdasar bukti yang kredibel.

“Ini sebagai diskusi saja untuk Bapak Ibu, tidak perlu kita berpanjang-panjang untuk diskusi kapan lahirnya, tetapi yang penting adalah kapan Unnes bisa menggetarkan Indonesia dan dunia. Lahir kapanpun itu yang penting adalah justru (perkembangan) Unnes ke depan,” ujarnya.

Fathur berharap dengan adanya temuan sejarah ini dapat menjadikan sivitas akademika di Unnes sebagai insan yang tidak hanya berkutat dengan apa yang sudah dilakukan pendahulunya saja, melainkan agar lebih bisa mengungkap suatu temuan baru dengan dasar hukum atau bukti yang autentik.

“Ini kenapa kami sampaikan karena kita adalah perguruan tinggi, perbedaan adalah hikmah, dan kita harus berpikir (agar) jangan sampai kita mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh para pendahulu (saja), tidak,” pungkasnya.

 

Reporter: Naufal

Editor: Alya

Exit mobile version