Jumat (10/12), Dewan Kesenian Semarang bersama dengan berbagai elemen sipil Jawa Tengah secara kolektif menggelar aksi bertajuk Visual Art of Human Right di halaman Taman Budaya Raden Saleh Semarang. Aksi ini digelar dalam rangka memperingati hari Hak Asasi Manusia Internasional setiap tanggal 10 Desember. Selain itu, acara ini merupakan simbol perlawanan dan sebagai wujud konsistensi masyarakat sipil untuk menuntut negara dalam penyelesaian kasus-kasus HAM.
Adit, Anggota Dewan Kesenian Semarang mengatakan bahwa acara semacam ini juga merupakan salah satu cara menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya penyelesaian kasus HAM. Menurutnya, aksi ini akan terus ada sampai negara menyelesaikan kasus-kasus HAM, baik yang terjadi di masa lampau, maupun saat ini.
“Kami sejauh ini masih berkomitmen soal itu (membangun gerakan untuk menunut penyelesaian kasus HAM), sampai kasus HAM itu selesai,” katanya.
Berbeda dengan aksi demonstrasi, aksi ini diselenggarakan dengan menampilkan pameran lukisan, musik, orasi, pembacaan puisi, hingga doa bersama. Menurut Ignatius Radhite, staf Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang Bidang Sipil dan Politik, hal tersebut dikarenakan setiap kalangan mempunyai caranya masing-masing untuk mengekspresikan setiap pendapatnya.
“Mereka (para seniman) mengekspresikan (pendapatnya) dengan caranya mereka sendiri, dengan melukis, dengan menyanyi, dengan berpuisi, sehingga ini menjadi sebuah hal baik untuk terus memperpanjang nafas pergerakan rakyat,” ujarnya.
Ia juga berharap, dengan berbagai bentuk, masyarakat sipil terus bergerak secara konsisten dan berkonsolidasi demi terwujudnya keadilan dan kesejahtraan secara merata. Sementara itu, Adit berharap negara segera menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM, termasuk yang menimpa rekannya, Wiji Thukul aktivis perlawanan atas rezim orde baru.
Reporter: Adinan
Editor: Alya