Aksi teatrikal impersonate oleh mahasiswa pada Rabu (22/6). [Magang BP2M/Bowo Arifin]

Rabu (22/6), Aliansi Mahasiswa Unnes Menggugat menggelar aksi simbolik bertajuk “Pemilihan Rektor Versi Mahasiswa” di depan Gedung Rektorat Universitas Negeri Semarang (Unnes). Aksi yang dilakukan di tengah tahapan pemilihan rektor tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan mahasiswa untuk bisa memiliki rektor yang dapat menyelesaikan permasalahan kampus.

Ramdan Fitrisal Razak, Koordinator Lapangan Aksi, menyatakan bahwa massa aksi menginginkan seorang pemimpin kampus yang lebih baik dari sebelumnya, terutama dalam hal keberpihakannya terhadap mahasiswa. 

“Kami ingin rektor baru ini lebih berpihak kepada mahasiswa dan dapat menyelesaikan masalah-masalah kampus yang belum terselesaikan oleh rektor-rektor sebelumnya,” tambahnya.

Dalam aksi tersebut, massa aksi membawa beberapa tuntutan, seperti perbaikan sarana prasarana; dibukanya ruang partisipasi mahasiswa; implementasi peraturan rektor tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual; penyelesaian mengenai persoalan terbengkalainya kampus cabang; dan penolakan mengenai wacana Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).

Selain itu, isu-isu lain yang mereka usung adalah mengenai ruwetnya kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM); mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT); pemberian gelar Honoris Causa yang tak sesuai; dugaan korupsi di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unnes; Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sekitar Unnes yang semakin berkurang;  serta isu lingkungan kampus yang belum terselesaikan.

Ramdan menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengawal tuntutan dan isu yang telah disampaikan. Ia mengutarakan bahwa apabila tuntutan tersebut tidak direspons, maka pihaknya akan mengadakan aksi lanjutan.

“Jika tuntutan kita pada aksi hari ini masih diabaikan oleh rektor yang terpilih dan tidak ditandatangani, maka akan ada aksi (lagi),” pungkas Ramdan. 

Kurniawan, salah satu orator aksi, mengatakan bahwa mereka menginginkan adanya pertemuan dengan calon rektor terpilih. Tujuannya adalah agar rektor terpilih dapat menandatangani tuntutan yang ada.

Wirawan Sumbodo, Wakil Dekan III Fakultas Teknik (FT) dan Wakil Rektor II Bidang Kemahasiswaan Abdurrahman sempat menemui massa aksi. Mereka berdalih bahwa pertemuan mahasiswa dengan calon rektor tidak dapat dilaksanakan. “Tidak ada gunanya kalian menemui calon rektor, (mahasiswa) tidak ada hak (untuk itu),” tegas Abdurrahman.

Sebelumnya, pada pukul 11.27 WIB, massa aksi mulai berdatangan. Mulanya, mereka akan menggelar aksi di selasar rektorat. Namun, pihak kampus melarangnya. Akhirnya, aksi dilaksanakan di halaman rektorat.

Pukul 12.15 WIB, massa melakukan aksi teatrikal impersonate. Mereka memparodikan proses terjadinya pemilihan rektor. Penampilan tiga calon rektor yang diperankan para mahasiswa menggambarkan bagaimana mereka menyikapi permasalahan di Unnes. Para mahasiswa dalam aksi pun turut menyuarakan keluh kesahnya kepada ketiga pemeran calon rektor tersebut.

Pasca menyerahkan dokumen tuntutan kepada Abdurrahman, massa aksi mulai membubarkan diri pada pukul 13.19 WIB. Dokumen tersebut nantinya akan diserahkan kepada rektor terpilih.

Sementara itu, pada tahapan pemilihan rektor, Martono mengungguli dua calon rektor lain dengan perolehan 87 suara. Calon lain, Amir Mahmud dan Mahalul Azam masing-masing mendapat 6 dan 5 suara.

 

Reporter: Magang BP2M/Muhammad Afif Maghfur

Penulis: Magang BP2M/Ridwan Hasan & Magang BP2M/Leni Septiani

Editor: Adinan Rizfauzi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here