Senin (15/08), media sosial diramaikan oleh perbincangan mengenai dugaan plagiasi logo Program Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (PPAK) Universitas Negeri Semarang (Unnes) 2020. Perbincangan tersebut bermula dari sebuah instastory oleh pemilik akun bernama Prashanth Muralindhar (@prashanthm_mdg) yang mengklaim bahwa logo PPAK Unnes 2020 adalah hasil karyanya. Pada Selasa (16/08), nampak logo yang diposting di akun official PPAK Unnes sejak dua tahun lalu itu telah ditarik.
Prashanth Muralindhar, desainer yang karyanya diduga dijiplak, mengaku mengetahui kejadian tersebut setelah beberapa pengguna Instagram (yang tidak ia sebutkan namanya) mengirimkan pesan di Instagram miliknya. Mereka memberitahu mengenai kemiripan karyanya dengan logo PPAK Unnes 2020. Setelah ia mengetahui, warga berkebangsaan India tersebut menyadari bahwa logo PPAK Unnes itu memang sangat mirip dengan desain yang dibuatnya pada 2017 lalu. Desain tersebut juga sempat ia unggah di akun Instagram–nya.
“Saya mengecek postingan saya pada 2017. Ternyata desainnya memang mirip. Hanya ada perbedaan di beberapa bagian saja,” tulisnya, saat dihubungi Linikampus melalui pesan Instagram, Selasa (16/08/2022).
Sementara itu, lantaran logo tersebut sudah digunakan selama dua tahun, Prashanth pun meminta agar pihak panitia PPAK Unnes 2020 membayar royalti kepadanya. Saat ini, ia telah menjalin komunikasi dengan pihak panitia melalui email dan juga pesan media sosial.
“Saya tidak habis pikir dengan pihak yang meniru desain saya. Saya merasa marah. Mereka harus membayar karena sudah meniru desain logo saya,” ungkapnya.
Steering Committee Kepanitiaan PPAK Unnes 2020 Amarru Muftie mengonfirmasi penarikan logo PPAK Unnes 2020 yang sebelumnya dipajang selama dua tahun di akun resmi PPAK Unnes (@pkkmbunnes) tersebut. Ia pun berkata bahwa hal itu merupakan hasil dari komunikasi antara pihaknya dengan Prashanth.
Selain itu, ia berpendapat bahwa pihak yang mengaku sebagai pemilik logo mestinya juga menampilkan sertifikat karyanya. Ia mengemukakan bahwa persoalan ini hanyalah suatu miskomunikasi belaka. Amarru pun berharap isu ini bisa terselesaikan secara bijaksana.
“Tentu dari panitia PPAK Unnes 2020 tidak ingin ini terjadi. Saya rasa hanya miskomunikasi saja,” ucapnya melalui sambungan telepon, Rabu (17/08) sore.
Saat dihubungi pada Selasa (16/08), Koordinator Media PPAK Unnes 2020 Fadhlurrahman Apta, mengatakan saat ini pihaknya sedang menelusuri dugaan plagiasi logo tersebut.
“Masalah plagiasi sedang kami telusuri, mengingat event tersebut sudah lampau dua tahun yang lalu,” katanya.
Fajar Ahsanul, Penanggungjawab Kepanitiaan PPAK Unnes 2020, mengatakan bahwa jika kabar dugaan plagiasi yang beredar memang benar terjadi, pihaknya tetap akan bertanggungjawab. Menurutnya, itu bisa dilakukan setelah melalui proses komunikasi dengan pihak Prashanth Muralindhar.
“Yang jelas, jika memang ini betul-betul plagiat, tentu harus dipertanggungjawabkan,” ujarnya, saat dihubungi melalui WhatsApp, Selasa (16/08) sore.
Kami juga telah meminta konfirmasi dari Afwan Maulana selaku ketua PPAK Unnes 2020. Namun, hingga berita ini dipublikasikan, pihaknya belum merespons pesan dari Linikampus.
Diqo Azmi Rajibi, mahasiswa Seni Rupa Unnes angkatan 2020, menceritakan bahwa sebenarnya ia sudah mengetahui soal kemiripan antara logo PPAK Unnes di tahun angkatannya dengan logo milik Prashanth sejak di awal perkuliahan. Hal tersebut ia ketahui di salah satu grup mahasiswa baru (maba) jurusannya yang diikuti.
“Waktu itu kalau tidak salah sempat ada yang menanyakan ke panitia tentang kemiripan logo tersebut, tapi aku kurang tau kelanjutannya gimana,” tulisnya, saat dihubungi melalui WhatsApp, Rabu (17/08) malam.
Ia berpendapat ukuran karya bisa disebut plagiat jika karya tersebut nampak mirip atau tanpa ada perubahan besar-besaran dengan karya yang sebelumnya ada. Mahasiswa yang aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Rupa dan Desain (SRD) tersebut juga berpendapat bahwa jika suatu karya terdapat perubahan atau rekonstruksi desain, baik secara bentuk dan warna, baru bisa dikatakan itu sebagai inspirasi, walau suatu logo tersebut memiliki ide yang sama.
“Sedangkan logo PPAK 2020 minim perubahan dan tidak ada rekonstruksi yang besar,” ucapnya.
Di lain sisi, ia juga menyayangkan kasus tersebut. Menurutnya, dugaan plagiasi logo oleh panitia PPAK 2020 telah mencoreng nama Unnes.
Mengutip artikel berjudul Problematika Desain Komunikasi Visual dan Plagiarisme dalam Dunia Desain Grafis, terdapat sejumlah hal yang menyebabkan seseorang melakukan plagiasi. Beberapa di antaranya, seperti kurang cakapnya sang desainer dalam menciptakan suatu karya, tenggat yang mepet, desainer yang malas mencari ide, kemudahan akses dalam melihat karya milik orang lain, sikap apatis terhadap hukum, dan lingkungan yang cenderung membiarkan praktik plagiarisme.
Reporter : Adinan Rizfauzi, Iqda Nabilatul Khusna
Editor : Nurul Azizah