Oleh : Abizar Dhiaz Ulhaq
EPIGRAM PELAJAR
Pelajar mulai tumbuh dewasa
Apakah hanya fisik yang bertambah usia ?
Melihat cermin dan menyisir rambutnya
Tapi lupa menata bukunya
Pelajar mengingat semua rutinitasnya
Tapi sepertinya mereka lupa
Berkata jujur pada orang tuanya
Mamah datang dan bertanya
“Sekolahnya bagaimana nak ?”
Bagai raja mereka berkata
“Biasa aja mah!”
Pukul 7 tiba dan mereka bagai penguasa
“Pah, uang jajannya mana ?”
Papah memberi uang tak lupa dengan do’a
Pelajar berdandan dan memakai parfumnya
Layaknya pergi ke acara keluarga
Pelajar lupa akuntabilitasnya
Kaos kaki pendek dan rambut warna-warni
Mungkin mereka siap menjadi model kali ini
Kumpul bersama teman dan memulai ghibah pagi ini
“Gajelas banget gurunya kayak ga punya hati”
Terdengar jelas dalam telinga siswa siswi
Jati diri, mereka temukan disini
Tapi mereka hilangkan harga diri
Pelajar terkadang tak tau diri
Bel berbunyi dengan kencang
Mereka berharap guru tak datang
Lalu mereka berpesta dan bersenang senang
Mereka lupa, bahwa masa depan yang pasti akan datang
Pelajar dalam epigram Pelajar
BUKU HANCA
Kutemukan Kata demi kata
Juga Kalimat demi kalimat
Lalu Paragraf demi paragraf
Melihat Makna demi makna
Yang tersurat dan tersirat
Berpadu antar draf demi draf
Mengangkat hidup seorang pelajar
Memperbaiki hidup seorang pemalas
Mengangkat derajat seorang pemalu
Ku bertanya pada pendekar
Cara menjadi seorang yang waras
Dia berkata, bacalah sebuah buku
Nestapa hati yang hampa
Mengingat memori di Rinai senja
Lalu kutemukan indahnya sandyakala
Iya, benar. Ku bersama buku baswara
Yang siap menerangi isi kepala
Guna mencapai citra Adiwidia
Tak ada kata ‘Hanca’
Dibalik indahnya Surga
Makna berkata pada setiap baitnya
Menjaga nafas di setiap harinya
Agar kudapat menjaga jiwa dan raga
Dibalik Soneta buku yang kucipta
RIWAYAT
Pelajar berjalan bersama gayanya
Juga lupa dengan kewajibannya
Berkelana hingga jauh entah kemana
Mengapa pelajar seperti tak tau arahnya?
Menghadap kiblat kebebasan para teman sesama
Iri melihat setiap pergerakan mudi dan muda
Bebas tertawa dan bebas kemana-mana
Bagaikan hidup di alam surga
Mari bertanya pada mereka
Mengapa hidup sangat berleluasa
Lalu terdengar suara lantang yang membara
“Hidup ini cuma sekali, ha ha ha”
Pelajar terkesan tak bermoral
Dengan segala tindakan tak masuk akal
Mengangkat nama dengan aksi-aksi sial
Mereka lupa ikhtiar dan tawakal
Membabi buta siang dan malam
Dilayar handphone yang tak pernah kusam
Dirawat baik tanpa terlihat suram
Jika rusak, pelajar berdendam
Buku tersenggak-senggak di lemari berdebu
Seakan tak pernah ada di dalam kalbu
Dikunjungi mahluk abu-abu
Buku bersedih tanpa kubu
Hati pelajar nampak membiru
Harus apalagi yang membuat haru
Selain kematian ayah dan ibu
Riwayat pelajar yang tak tahu malu
BALADA PELAJAR
Pelajar layaknya hujan di muara damai
Yang tak pernah habis menyentuh kebebasan
Mereka tertawa riang dan bercanda-canda
Sampai lupa akan tugas sekolahnya
Mereka bersuara dengan lantang
“Aku ingin menjadi orang hebat”
Namun sejauh mana mereka memandang?
Apakah tidur dalam kelas merupakan ketenangan?
Pelajar bersorak ramai-ramai ketika cuti tiba
Bersedih dalam sunyi ketika libur usai
Apakah pelajar lupa bahwa hidup hanya hari ini saja ?
Pelajar nan hebat datang pergi ke kelas
Berlomba-lomba mengisi bangku paling belakang
Menutup mata dibangku terdepan
Membuka mulut ciptaan hebat tuhan
Digunakan pelajar sebagai tempat kebun binatang
Juga tangan hebat ciptaan-Nya
Digunakan untuk saling memukul mahluk-Nya
Bagai mahluk Amerta. Mereka tak acuh akan kedepannya
Bergadang hingga larut malam
Scrool Ig, Tiktok dan Whatsapp
Mata minus, mungkin tidak buruk juga
Pelajar lelah saat bel berbunyi
Guru datang dan menasehati
Lalu mengajar dengan kasih sayang
Mengajari tanpa ada rasa membenci
Direspon buruk oleh pelajar
Bukan seperti orang tua kedua
Guru layaknya teman sebaya
Bersama teman-teman yang solidaritas
Menghisap nikotin terasa nikmat
Menonton biru bukan sebuah maksiat
Berbisik buruk soal pengajar
Begitupun soal pelajaran
Itu hal lumrah, kata mereka
Alunan melodi gitar di tongkrongan terasa merdu
Mereka berbahagia hingga pagi tiba
Bergegas sekolah dengan ransel tipis
Membawa sebuah buku dengan alat tulis
Mereka terjebak dalam Balada Pelajar
UNIT SISA PENDIDIKAN
Mahluk berakal yang mampu berfikir
Berjuta-juta pemikiran
Berlagak layaknya penguasa dunia
Namun beratnya menuju pendidikan
Bertumpuk-tumpuk waktunya
Kuat kaki dan tangannya
Tak lupa dengan senangnya
Namun lupa dengan belajarnya
Berjalan menuju Sekolah megah
Muka lusuh teringat tugas
Pendidikan bagai jahanam
Hidup bebas adalah pencapaian
Sekolah tempat bertambahnya pendidikan
Bukan satu-satunya tempat pendidikan
Namun layaknya satwa langka
Sekolah adalah Unit Sisa Pendidikan
Gedung-gedung hebat tempat pemimpin dilahirkan
Kelas-kelas sederhana tempat interaksi ditemukan
Diisi murid-murid berdompet tebal
Tapi tak setebal niatnya belajar
Manusia mampu bersekolah
Tak hanya belajar dan jajan
Unit Sisa Pendidikan sebagai sarana asmara
Tak lupa dengan gombalan dan rayuan
*Siswa SMA Negeri 15 Tangerang