Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Puisi Sastra Sastra Seni

Epigram Pelajar

Ilustrasi Puisi Epigram Pelajar [BP2M/Suci]

Oleh : Abizar Dhiaz Ulhaq

EPIGRAM PELAJAR

Pelajar mulai tumbuh dewasa

Apakah hanya fisik yang bertambah usia ?

Melihat cermin dan menyisir rambutnya

Tapi lupa menata bukunya

Pelajar mengingat semua rutinitasnya

Tapi sepertinya mereka lupa

Berkata jujur pada orang tuanya

Mamah datang dan bertanya

“Sekolahnya bagaimana nak ?”

Bagai raja mereka berkata

“Biasa aja mah!”

Pukul 7 tiba dan mereka bagai penguasa

“Pah, uang jajannya mana ?”

Papah memberi uang tak lupa dengan do’a

Pelajar berdandan dan memakai parfumnya

Layaknya pergi ke acara keluarga

Pelajar lupa akuntabilitasnya

Kaos kaki pendek dan rambut warna-warni

Mungkin mereka siap menjadi model kali ini

Kumpul bersama teman dan memulai ghibah pagi ini

“Gajelas banget gurunya kayak ga punya hati”

Terdengar jelas dalam telinga siswa siswi

Jati diri, mereka temukan disini

Tapi mereka hilangkan harga diri

Pelajar terkadang tak tau diri

Bel berbunyi dengan kencang

Mereka berharap guru tak datang

Lalu mereka berpesta dan bersenang senang

Mereka lupa, bahwa masa depan yang pasti akan datang

Pelajar dalam epigram Pelajar

BUKU HANCA

Kutemukan Kata demi kata

Juga Kalimat demi kalimat

Lalu Paragraf demi paragraf

Melihat Makna demi makna

Yang tersurat dan tersirat

Berpadu antar draf demi draf

Mengangkat hidup seorang pelajar

Memperbaiki hidup seorang pemalas

Mengangkat derajat seorang pemalu

Ku bertanya pada pendekar

Cara menjadi seorang yang waras

Dia berkata, bacalah sebuah buku

Nestapa hati yang hampa

Mengingat memori di Rinai senja

Lalu kutemukan indahnya sandyakala

Iya, benar. Ku bersama buku baswara

Yang siap menerangi isi kepala

Guna mencapai citra Adiwidia

Tak ada kata ‘Hanca’

Dibalik indahnya Surga

Makna berkata pada setiap baitnya

Menjaga nafas di setiap harinya

Agar kudapat menjaga jiwa dan raga

Dibalik Soneta buku yang kucipta

RIWAYAT

Pelajar berjalan bersama gayanya

Juga lupa dengan kewajibannya

Berkelana hingga jauh entah kemana

Mengapa pelajar seperti tak tau arahnya?

Menghadap kiblat kebebasan para teman sesama

Iri melihat setiap pergerakan mudi dan muda

Bebas tertawa dan bebas kemana-mana

Bagaikan hidup di alam surga

Mari bertanya pada mereka

Mengapa hidup sangat berleluasa

Lalu terdengar suara lantang yang membara

“Hidup ini cuma sekali, ha ha ha”

Pelajar terkesan tak bermoral

Dengan segala tindakan tak masuk akal

Mengangkat nama dengan aksi-aksi sial

Mereka lupa ikhtiar dan tawakal

Membabi buta siang dan malam

Dilayar handphone yang tak pernah kusam

Dirawat baik tanpa terlihat suram

Jika rusak, pelajar berdendam

Buku tersenggak-senggak di lemari berdebu

Seakan tak pernah ada di dalam kalbu

Dikunjungi mahluk abu-abu

Buku bersedih tanpa kubu

Hati pelajar nampak membiru

Harus apalagi yang membuat haru

Selain kematian ayah dan ibu

Riwayat pelajar yang tak tahu malu

BALADA PELAJAR

Pelajar layaknya hujan di muara damai

Yang tak pernah habis menyentuh kebebasan

Mereka tertawa riang dan bercanda-canda

Sampai lupa akan tugas sekolahnya

Mereka bersuara dengan lantang

“Aku ingin menjadi orang hebat”

Namun sejauh mana mereka memandang?

Apakah tidur dalam kelas merupakan ketenangan?

Pelajar bersorak ramai-ramai ketika cuti tiba

Bersedih dalam sunyi ketika libur usai

Apakah pelajar lupa bahwa hidup hanya hari ini saja ?

Pelajar nan hebat datang pergi ke kelas

Berlomba-lomba mengisi bangku paling belakang

Menutup mata dibangku terdepan

Membuka mulut ciptaan hebat tuhan

Digunakan pelajar sebagai tempat kebun binatang

Juga tangan hebat ciptaan-Nya

Digunakan untuk saling memukul mahluk-Nya

Bagai mahluk Amerta. Mereka tak acuh akan kedepannya

Bergadang hingga larut malam

Scrool Ig, Tiktok dan Whatsapp

Mata minus, mungkin tidak buruk juga

Pelajar lelah saat bel berbunyi

Guru datang dan menasehati

Lalu mengajar dengan kasih sayang

Mengajari tanpa ada rasa membenci

Direspon buruk oleh pelajar

Bukan seperti orang tua kedua

Guru layaknya teman sebaya

Bersama teman-teman yang solidaritas

Menghisap nikotin terasa nikmat

Menonton biru bukan sebuah maksiat

Berbisik buruk soal pengajar

Begitupun soal pelajaran

Itu hal lumrah, kata mereka

Alunan melodi gitar di tongkrongan terasa merdu

Mereka berbahagia hingga pagi tiba

Bergegas sekolah dengan ransel tipis

Membawa sebuah buku dengan alat tulis

Mereka terjebak dalam Balada Pelajar

UNIT SISA PENDIDIKAN

Mahluk berakal yang mampu berfikir

Berjuta-juta pemikiran

Berlagak layaknya penguasa dunia

Namun beratnya menuju pendidikan

Bertumpuk-tumpuk waktunya

Kuat kaki dan tangannya

Tak lupa dengan senangnya

Namun lupa dengan belajarnya

Berjalan menuju Sekolah megah

Muka lusuh teringat tugas

Pendidikan bagai jahanam

Hidup bebas adalah pencapaian

Sekolah tempat bertambahnya pendidikan

Bukan satu-satunya tempat pendidikan

Namun layaknya satwa langka

Sekolah adalah Unit Sisa Pendidikan

Gedung-gedung hebat tempat pemimpin dilahirkan

Kelas-kelas sederhana tempat interaksi ditemukan

Diisi murid-murid berdompet tebal

Tapi tak setebal niatnya belajar

Manusia mampu bersekolah

Tak hanya belajar dan jajan

Unit Sisa Pendidikan sebagai sarana asmara

Tak lupa dengan gombalan dan rayuan

*Siswa SMA Negeri 15 Tangerang

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *