Peringati Hardiknas, BEM KM Unnes Gelar Aksi Cuci Jas Almamater
Berita Kabar Kilas Uncategorized

Peringati Hardiknas, BEM KM Unnes Gelar Aksi Cuci Jas Almamater

Terlihat beberapa jas almamater dijemur berjajar di depan Gedung Rektorat Unnes dibarengi dengan penyampaian orasi oleh korlap aksi pada Jumat (2/4).

Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Negeri Semarang (Unnes) menyelenggarakan aksi simbolik bertajuk “Cuci Almetmu, Kampusmu Kotor” di depan Gedung Rektorat Unnes pada Selasa (2/5). Aksi yang dihadiri beberapa mahasiswa Unnes ini dilakukan sebagai bentuk refleksi terhadap kondisi pendidikan Indonesia, terkhususnya di Kampus Unnes.

Aksi ini dimulai pukul 08.00 WIB dengan menyampaikan orasi dari beberapa peserta aksi. Sementara itu, sebagian peserta lainnya melakukan aksi simbolik berupa mencuci dan menjemur jas almamater. Adanya aksi digelar sebagai wujud kekecewaan mahasiswa terhadap kinerja Rektor dan para jajarannya selama beberapa tahun terakhir.

Adib Saifin Nu’man selaku Koordinator Aksi, mengatakan bahwa ada beberapa hal yang mendasari adanya aksi ini, salah satunya biaya pendidikan yang semakin hari kian mahal.

“Kami menyoroti biaya kuliah yang cukup mahal, apalagi tahun ini kuota penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri di Unnes naik menjadi 50%. Dapat diartikan juga sebagai upaya kampus untuk memperbanyak pemasukan (uang) yang justru dibebankan kepada mahasiswa baru,” ujar Adib.

Menurut penuturan Adib, aksi ini merupakan sebuah ajakan agar mahasiswa Unnes bisa bersama-sama sadar atas masalah-masalah pendidikan, terutama yang ada di tingkat kampus Unnes. “Saya ingin teman-teman mahasiswa Unnes sadar bahwa sebenarnya Unnes tidak sebersih itu, kampus kita bukan yang tanpa masalah, masih banyak masalah  yang harus diatasi,” tambahnya. 

Selain biaya pendidikan yang mahal, dalam aksi tersebut juga dipaparkan beberapa poin masalah lainnya yang dialami Unnes, yaitu buruknya sarana dan prasarana kampus; obral gelar honoris causa; Peraturan Rektor tentang Ormawa bermasalah; prioritas pembangunan yang amburadul; banjir dan tata kelola ruang yang jauh dari label Kampus Konservasi; tindakan intimidasi terhadap mahasiswa; serta permasalahan lainnya.

Adib juga berharap agar birokrasi kampus dan pemerintah lebih serius dalam mengatasi permasalahan pendidikan salah satunya dengan memberikan pendidikan yang beriklim demokratis tanpa ada intimidasi dan represifitas terhadap mahasiswa yang kritis. 

“Kami harap pendidikan bisa menjadi suatu hal yang inklusif agar teman-teman yang kurang mampu tetap bisa merasakan pendidikan yang layak. Perbaikan mutu pendidikan bukan hanya slogan saja, namun bisa diwujudkan secara real,” tuturnya.

Selain menggelar aksi simbolik, aksi juga dilakukan lewat media sosial berupa mengunggah twibbon di Instagram. Di akhir postingan, peserta aksi memberi tagar #HARDIKNAS #MahasiswaUNNESMenggunggatKampus. Selain itu, mereka juga menandai akun  @ommartono @nadiemmakarim @unnes_semarang @kemendikbud.ri.  

Muhammad Alfath, mahasiswa program studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, mengungkapkan alasannya ikut mengunggah twibbon dalam memeriahkan Hardiknas lantaran kecewa dengan pihak kampus dan terkait penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT).

“Alasan saya ikut upload twibbon itu lahir dari rasa kekecewaan saya sebagai mahasiswa terhadap kinerja rektor dan jajarannya. Saya merasa keberatan atas penetapan UKT mahasiswa Unnes yang terbilang tidak merata. Apalagi untuk UKT golongan IV keatas, saya merasakan ketidakadilan atas sarana prasarana yang disediakan, ada kesenjangan fasilitas di tiap fakultas,” ucapnya.

Alfath juga menyampaikan tanggapannya terkait aksi Hardiknas tersebut. Menurutnya aksi tersebut memiliki kemungkinan untuk merealisasikannya. “Berkaca pada aksi kmrn terkait PGSD Ambrol Birokrasi Dobol. Dimana aspirasi yang disampaikan ke Rektor sudah terlaksana dan masih dikawal secara bersama sama. Harapan besar saya semoga aspirasi kali ini juga bisa didengar seperti aksi kemarin,” tuturnya.

 

Reporter: Ary Tama (MAGANG BP2M), Laily Mukaromah

Editor: Feby Anggraini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *