LINIKAMPUS Blog Kabar Kilas Legiun Tulang Lunak: 20 Tahun Kolektivitas Hysteria Merajut Seni, Komunitas, dan Lingkungan
Kabar Kilas

Legiun Tulang Lunak: 20 Tahun Kolektivitas Hysteria Merajut Seni, Komunitas, dan Lingkungan

Sesi diskusi setelah penayangan perdana film dokumenter Legiun Tulang Lunak di Gedung Thomas Aquinas Unika Soegijapranata, Sabtu (16/11) [BP2M/Raihan Rahmat]

Sesi diskusi setelah penayangan perdana film dokumenter Legiun Tulang Lunak di Gedung Thomas Aquinas Unika Soegijapranata, Sabtu (16/11) [BP2M/Raihan Rahmat]

Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi

Hysteria Kolektif menggelar pemutaran perdana dan diskusi film dokumenter berjudul Legiun Tulang Lunak – 20 centimeter per Year di Gedung Thomas Aquinas, Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Kota Semarang, Sabtu (16/11). 

Film Legiun Tulang Lunak merangkum perjalanan Kolektif Hysteria selama 20 tahun dalam menggagas festival dan diskusi berbasis seni serta kolaborasi lintas sektor untuk memantik kesadaran warga terhadap berbagai isu, terutama lingkungan.

Hysteria berperan sebagai fasilitator dalam mendorong munculnya gerakan kreatif di beberapa kampung di Kota Semarang, dengan menyesuaikan jenis kegiatan kreatif berdasarkan potensi yang ada di setiap kampung.

Sutradara Legiun Tulang Lunak, Wucha Wulandari mengungkapkan bahwa tim Hysteria sangat berantusias dalam pembuatan film yang berkonsep awal film pendek tersebut. 

“Aku pengen bikin film history, pengen film kayak bikin film dokumenter gitu, tapi nggak pengen film yang kayak profil tentang history yang gimana,” ujarnya. 

Penamaan judul Legiun Tulang Lunak, lanjut dia, terinspirasi dari buku milik suaminya dan draf film karya miliknya.

“Tema Legiun mungkin diambil karena seperti pasukan gerakan dan dari suami saya kebetulan pecinta buku banyak mengenai itu. Saya juga punya draft film judulnya pasukan gagal tobat. Jadi, jangan sampai mereka gagal. Yang saya tangkap mereka tuh punya misi melebihi United Nation,” imbuhnya. 

Sementara itu, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Samuel Wattimena menyarankan agar pihak Hysteria juga bekerja sama dengan desainer lain dalam proses produksi film. 

“Saya menyarankan Adin (co-founder Hysteria) agar berkreasi bersama dengan designer lain lalu mengambil berbagai lokasi yang menjadi bagian dari kerja sama kami jadi saya bisa menjadi jembatan supaya muncul interaksi,” ujarnya. 

Reporter: Arindra Rifky, Raihan Rahmat

Penulis: Arindra Rifky, Raihan Rahmat

Editor: Novyana

Exit mobile version