LINIKAMPUS Blog Kabar Kilas Diskusi Publik “Jawa Tengah Harus Berbenah!” Digelar sebagai Upaya Tanggapi Krisis Ekologi
Beranda Berita Kabar Kilas

Diskusi Publik “Jawa Tengah Harus Berbenah!” Digelar sebagai Upaya Tanggapi Krisis Ekologi

Situasi diskusi saat penjelasan materi dari Walhi Jawa Tengah (Sabtu, 12/07/2025) [Sultan/BP2M]

Situasi diskusi saat penjelasan materi dari Walhi Jawa Tengah (Sabtu, 12/07/2025) [Sultan/BP2M]

alat makan ramah lingkungan

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS) bersama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Vokal UPGRIS menggelar diskusi publik bertajuk “Jawa Tengah Harus Berbenah!” pada Sabtu (12/07/2025) dari pukul 18.30 hingga pukul 22.00 WIB yang bertempat di Aula Gedung B UPGRIS. Diskusi publik ini merupakan aksi kolaborasi BEM dan LPM yang melibatkan Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) Jawa Tengah membahas soal pentingnya untuk bersama memerhatikan isu krisis ekologi di Semarang, Jawa Tengah.

Sauki, Ketua BEM UPGRIS menuturkan tujuan diskusi publik ini untuk memberikan stimulus agar peka terhadap keadaan sekitar terutama perihal lingkungan.

“Karena ini juga terbuka untuk masyarakat umum. Setidaknya kita memberikan sebuah stimulus dimana masyarakat dan mahasiswa itu harus peka terhadap keadaan kita saat ini,” ucap Sauki.

Lebih lanjut, Sauki menuturkan diskusi bertemakan lingkungan ini merupakan terobosan baru yang didasari akan kurangnya pembahasan mengenai krisis ekologi dan lingkungan di Jawa Tengah.
Kristo, Mahasiswa jurusan Teknik Elektro UPGRIS merasa kegiatan ini mampu membangkitkan rasa penasaran mahasiswa terkait krisis ekologi yang terjadi di Pesisir Utara Semarang. 

Dalam diskusi publik tersebut, Adetya Pramandira, dari Walhi Jawa Tengah, memaparkan bahwa Jawa Tengah menjadi wilayah ekspansi kapital. Jawa Tengah dibagi menjadi tiga wilayah ekspansi utama yang menjadi sasaran industrialisasi dan ekstraksi sumber daya yakni Pesisir Utara, Pesisir Selatan, dan Pegunungan Tengah. Contohnya, Pesisir utara menjadi pusat pengembangan industrialisasi masif dan kawasan industri. Sehingga, di Pesisir Pantai Utara kini mengalami krisis ekologi. 

“Fatalnya, Desa Bedono di Sayung hilang,” tutur Adetya dalam diskusi tersebut. 

Kristo menuturkan pula dalam diskusi publik ini perlu menghadirkan akademisi atau praktisi yang relevan terhadap isu krisis ekologi untuk turut menanggapi krisis ekologi. Sehingga menimbulkan adanya berbagai sudut pandang yang mampu dijadikan pembanding terhadap isu krisis ekologi yang terjadi di Pesisir Pantai Utara. 

“Karena saya yakin dan mempunyai prinsip yang dimana satu sudut pandang itu tidak bisa menjadikan suatu patokan pasti gitu,” ujar Kristo. 

Sauki berharap jika teman-teman yang datang pada diskusi ini mendapatkan sudut pandang baru dan menerapkan ilmu yang mereka dapatkan untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan.

“Harapannya setelah pengadaan diskusi ini dapat memberikan sudut pandang baru dan teman-teman dapat menerapkan apa yang kita dapatkan hari ini,” harap Sauki.

Terakhir, Sauki menekankan bahwa kita punya kewajiban bersuara karena ini tidak hanya masalah bagi masyarakat saja tetapi juga perlu tindakan dari pemerintah.

“Kita punya kewajiban untuk bersuara karena ini juga tidak hanya masalah bagi masyarakat. Tapi juga perlu tindakan dari pemerintah,” tutupnya.

Reporter dan penulis: Retno Setiyowati, Sultan Ulil

Editor: Lidwina Nathania

Exit mobile version