Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Manunggal Universitas Diponegoro (Undip) menggelar acara nonton bareng (nobar) dan diskusi video dokumenter yang berjudul “Mati Air”. Acara ini digelar di Gedung Student Center Undip pada Senin (24/11/2025) pukul 18.30 WIB. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan ruang dialog dan refleksi bagi generasi sekarang agar memiliki kepedulian terhadap krisis lingkungan.
Diskusi tersebut menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai macam latar belakang, di antaranya yaitu Purwanto sebagai perwakilan warga Dusun Toplek-Pendem Desa Sumberrejo, Adetya Pramandira sebagai perwakilan dari Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Tengah, dan Hendra Try Ardianto selaku akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro.
Zulfa, salah seorang panitia acara nobar dan diskusi mengungkapkan bahwa pengangkatan judul “Mati Air” ini dilatarbelakangi oleh permasalahan masyarakat Karimunjawa dan Sumberrejo yang berkutat pada air. Di Karimunjawa terjadi banyak sekali permasalahan muncul dari tambak udang, wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh genangan-genangan air, hingga praktik jual beli lahan hutan mangrove dan pesisir laut.
“Sempat ada hipotesis terhadap penyakit wabah DBD karena genangan-genangan tersebut. Kemudian ada jual beli lahan hutan mangrove maupun kawasan laut, juga pencemaran limbah di wilayah Karimunjawa,” ujar Zulfa.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa permasalahan yang dialami oleh masyarakat Sumberrejo khususnya di Dusun Toplek dan Pendem diakibatkan oleh aktivitas penambangan yang berpotensi menyebabkan berkurangnya debit air, tanah longsor, dan polusi udara.
“Karena adanya penambangan tersebut bisa jadi berakibat beberapa tahun ke depan, mungkin tanah longsor, hilangnya mata air, atau kemudian polusi udara,” sambungnya.
Perwakilan dari Walhi Jateng, Adetya Pramandira mengatakan jika penayangan film ini merupakan langkah yang tepat.
“Film ini sebetulnya menurutku satu bagian yang tepat, karena untuk menunjukkan lanskap Jepara secara utuh. Jadi tidak hanya Sumberrejo, tetapi juga Karimunjawa,” katanya.
Nabiih Nashiirah, salah satu peserta menyampaikan ketertarikannya terhadap acara ini. Ia menganggap topik yang diambil pada acara ini perlu lebih sering diangkat, karena menyangkut permasalahan ekologis di Jawa Tengah yang jarang diketahui.
“Dari sisi angle topik yang diangkat sebenarnya belum banyak dibahas secara nasional. Bagaimana tambak di Karimunjawa terdapat praktik yang memengaruhi kondisi ekologis, juga di Jawa Tengah ternyata banyak isu-isu yang berkaitan dengan ekologis,” tuturnya.
Salah satu peserta dari acara yakni Leta menyampaikan harapannya bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat didukung oleh semua pihak.
“Teman-teman khususnya yang hadir pada saat ini, penayangan film diharapkan bisa semakin membuka mata teman-teman untuk peka dengan isu-isu lingkungan,” harapnya.
Reporter : Yuwen [Magang BP2M], Salma Afifah, Retno Setiyowati, dan Sultan Ulil
Penulis : Yuwen [Magang BP2M] dan Salma Afifah
Editor : Raihan Rahmat

![Para narasumber menyampaikan materi pada sesi diskusi bertajuk “Mati Air” pada Senin (24/11/2025) [Sultan/BP2M]](https://linikampus.com/wp-content/uploads/2025/11/WhatsApp-Image-2025-11-26-at-15.24.12_ed26c55d-1296x700.jpg)
