![Dokumentasi Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun AJI 2020 [Magang BP2M/Aditya]](https://linikampus.com/wp-content/uploads/2020/12/WhatsApp-Image-2020-12-28-at-10.32.54-PM.jpeg)
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyelenggarakan Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun AJI 2020 pada Senin (28/12). Konferensi yang dilakukan secara daring via Zoom dan disiarkan di kanal YouTube AJI Indonesia ini membahas mengenai kebebasan pers dan kesejahteraan jurnalis selama tahun 2020. Abdul Manan selaku ketua umum AJI menganggap jika tahun 2020 merupakan tahun kelam jurnalis
Rabu (23/12) Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang mengadakan peluncuran Catatan Akhir Tahun (Catahu) yang berisi laporan advokasi dan dokumentasi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Jawa Tengah selama tahun 2020. Dengan tema “Orkestrasi Perampasan Ruang Hidup”, menurut Eti Oktaviani, Direktur LBH Semarang, menyampaikan tema ini diusung karena banyak kebijakan yang dikeluarkan tahun ini hanya menguntungkan
Empat mahasiswa di Semarang yang ditangkap dan dikriminalisasi pasca aksi tolak Omnibus Law 7 Oktober lalu menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Semarang, Selasa (22/12). Agenda persidangan hari ini adalah pembacaan dakwaan oleh jaksa penuntut umum. Sidang ini merupakan sidang perdana terhadap empat aktivis mahasiswa yang terlibat dalam kasus kerusuhan dan perusakan fasilitas umum saat
KPUR mengumumkan jumlah suara pemilih masing-masing paslon. Pasangan Wahyu-Franscollyn mendapatkan suara terbanyak , yaitu 7808 suara. Bawasra menetapkan sanksi dengan pengurangan 250 suara kepada paslon nomor 03 karena terbukti melanggar pasal 18 ayat 2 poin b, UU Pemira 2020. Paslon nomor 01 meminta audit dan pemungutan suara ulang terkait indikasi ketidakberesan sistem pemira. Tim kuasa
Pemilihan Umum Raya (Pemira) dilaksanakan hari ini (15/12). Pemilih dapat menggunakan hak pilihnya pukul 07.00 sampai 17.00. Pesta demokrasi ini memang menjadi acara tahunan untuk memilih Presiden BEM KM, Ketua BEM Fakultas, Ketua HIMA Jurusan, dan Ketua DPM. Perhelatan satu ini disambut antusias oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes). Hal tersebut dibuktikan dari hasil Survei
Oleh Diki Mardiansyah* Pembela HAM memang kerap menjadi target kekerasan karena sikap kritisnya terhadap kebijakan atau pun langkah negara yang tidak selaras dengan nilai-nilai hak asasi manusia, keadilan, dan demokrasi. Barangkali kita ingat kata-kata Soe Hok Gie, ia pernah mengatakan, “Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan