Tambal Sulam PGSD Ngaliyan
Beranda Kabar Utama

Tambal Sulam PGSD Ngaliyan

Ketampakan Tugu PGSD Universitas Negeri Semarang yang kehilangan huruf 'V' pada kata Universitas dan 'A' pada kata Semarang [BP2M/Rosida]

Heri Yanto, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Universitas Negeri Semarang (Unnes), menerima pesan beruntun di ponselnya pada Kamis pagi, 16 Februari lalu. Pesan tersebut datang dari Fajar Rahmat Sidik, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unnes. Saat itu, Fajar membagikan kabar ihwal ambruknya plafon di salah satu ruang kelas Kampus Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Ngaliyan–salah satu kampus cabang Unnes.

Mendengar informasi dari Fajar, Heri lantas bertandang ke kampus cabang yang berjarak 16 kilometer dari Kampus Sekaran, Gunung Pati, itu. Bersama Edy Purwanto, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP); Isa Ansori, Kepala Jurusan PGSD; dan Sekretaris Jurusan PGSD Moh. Fathurrahman, Heri menengok langsung kondisi kelas yang hari itu plafonnya ambrol.

Kelas tersebut terletak di Gedung Kunti dengan nomor 116. Terdapat enam kelas di gedung itu. Menurut penuturan Irsyad Fadhil Musyaffa, mahasiswa PGSD Ngaliyan, kelas-kelas yang berada di Gedung Kunti sebenarnya sudah direnovasi pada 2020 silam. Kendati demikian, perawatan kelas sempat tidak berjalan dengan baik. Apalagi kuliah sempat diliburkan lantaran adanya pandemi. Bocornya atap di kelas 116 ditambah lambannya respons perbaikannya, menurut Irsyad, adalah penyebab utama mengapa plafon di kelas itu bisa roboh. Beruntung, saat peristiwa itu terjadi, kelas dalam keadaan kosong.

Tak hanya melihat kondisi kelas yang berada di Gedung Kunti, Heri beserta rombongannya juga berkeliling di kampus tersebut. Mereka melihat-lihat kondisi fasilitas dan sarana prasarana yang ada di kampus itu. Kedatangan Heri dan rombongan pun juga menarik perhatian mahasiswa di sana. Di hadapan Heri, mereka menyampaikan keresahan yang sudah lama dirasakan.

Selama ini, pimpinan kampus dianggap mendiamkan dan abai terhadap kondisi Kampus PGSD Ngaliyan. Untuk itu, para mahasiswa yang hari itu datang untuk mendesak agar pimpinan kampus segera melakukan perbaikan pada gedung-gedung di kampus itu. Selain itu, mereka juga menuntut agar pimpinan kampus berkomitmen terhadap perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana; meminta kejelasan perpindahan mahasiswa PGSD Ngaliyan ke Sekaran; dan juga menagih kejelasan salah satu kampus cabang lain, yaitu Kampus PGSD Tegal.

***

Aliansi Mahasiswa Unnes menyelenggarakan Aksi bertajuk “PGSD Ambrol Birokrasi Dobol” [Ary Tama/BP2M]

Kabar ihwal ambruknya plafon di salah satu ruang kelas PGSD Ngaliyan juga tersebar luas di kalangan mahasiswa Kampus Sekaran. Malam hari pasca peristiwa itu, konsolidasi digelar di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Unnes (PKMU). Diikuti puluhan mahasiswa dari pelbagai fakultas, mereka menyepakati untuk melakukan aksi di depan Gedung Rektorat Unnes, esok harinya.

Tajuk “PGSD Ambrol Birokrasi Dobol” dipilih oleh Aliansi Mahasiswa Unnes–sebuah aliansi yang dibentuk berdasarkan kesepakatan konsolidasi. Tak jauh berbeda dengan tuntutan yang disuarakan oleh mahasiswa PGSD Ngaliyan pada saat Heri dan rombongan bertandang ke Ngaliyan, Aliansi mendesak agar pihak kampus segera merespons peristiwa ambruknya plafon di PGSD Ngaliyan. Pada aksi itu, mereka juga menuntut adanya mekanisme pembangunan infrastruktur yang transparan serta mendesak kampus untuk melakukan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. 

“Aksi ini menjadi satu langkah awal yang baik. Kita bisa bersatu dari berbagai fakultas untuk mengawal isu PGSD hingga ada bukti konkret yang bisa dirasakan mahasiswa PGSD Ngaliyan.” ujar Adib Saifin Nu’man, koordinator lapangan aksi “PGSD Ambrol Birokrasi Dobol”.

Momen ketika Heri menemui ratusan peserta Aksi di depan pelataran Rektorat Unnes [Ary Tama/BP2M]

Di penghujung aksi, di hadapan ratusan peserta aksi, Heri sebagai perwakilan pihak kampus mengemukakan kesanggupannya atas tuntutan yang disuarakan oleh aliansi. Tak hanya itu, Heri juga langsung menyampaikan besaran anggaran yang akan digelontorkan untuk renovasi kampus PGSD Ngaliyan, yaitu sebesar 6 miliar. Rencananya, anggaran itu akan disalurkan melalui dua tahap. Sebanyak 3 miliar untuk semester ini, dan sisanya untuk semester depan (semester ganjil 2023/2024).

Saat itu pula, Heri juga menjanjikan akan mengirim seperangkat komputer ke PGSD Ngaliyan pada Senin, 20 Februari. Menurut Heri, ide pengiriman komputer dilakukan setelah ia melihat langsung ketersediaan dan kondisi komputer di kampus itu. Ia menilai seluruh komputer di sana sudah tidak layak pakai. “Ini sifatnya emergency,” ucap Heri saat ditemui di kantornya pada Selasa, 14 Maret lalu.

Apa yang diutarakan oleh Heri sebenarnya juga merupakan kesepakatan audiensi yang berlangsung pada Jumat, 17 Februari silam. Audiensi itu dilaksanakan di Gedung Rektorat di sela-sela berlangsungnya aksi “PGSD Ambrol Birokrasi Dobol”. Selain dihadiri Heri Yanto, audiensi juga dihadiri oleh sejumlah pimpinan FIP, seperti dekan dan beberapa wakil dekan.

Ketua BEM KM Unnes Fajar Rahmat Sidik yang hadir dalam audiensi itu mengungkapkan, selain apa yang diutarakan Heri di hadapan massa aksi, audiensi juga menyepakati pemindahan mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang sebelumnya menempati PGSD Ngaliyan ke Kampus Bendan Ngisor, Sampangan. Kesepakatan itu tidak lepas dari kondisi PGSD Ngaliyan yang dianggap tidak memungkinkan untuk bisa menampung banyak mahasiswa. 

“Audiensi yang dilakukan tadi menjadi harapan dan semangat baru. Yang paling penting adalah pengawalan yang berjangka. Kami akan mengawal setiap dua minggu sekali,” kata Fajar kepada Linikampus seusai aksi.

***

Kondisi Gedung Kunti yang sedang di tahap renovasi, pada Senin [3/04) [BP2M/Ary Tama]

Beberapa minggu kemudian, tepatnya Senin, 14 Maret lalu, mahasiswa PPG yang sebelumnya menjalani perkuliahan di Kampus PGSD Ngaliyan sudah berpindah ke Kampus Bendan Ngisor. Sukron, salah satu mahasiswa PPG yang sempat menempati Kampus Ngaliyan, mengungkapkan pemindahan mahasiswa PPG hendaknya juga mempertimbangkan keberadaan mahasiswa PPG yang sudah terlanjur menghuni indekos di Ngaliyan.

“Soal pemindahan, kami (mahasiswa PPG) setuju. Namun, kami mempertimbangkan teman-teman lain yang sudah ngekost dan membayar selama sebulan atau lebih,” ungkapnya, saat dijumpai di halaman PGSD Ngaliyan pada Jumat, 10 Maret silam.

Sementara itu, walau terlambat sehari sesuai yang dijanjikan, sebanyak 20 unit komputer datang di Ngaliyan pada Selasa, 21 Februari. Lantaran menganggap kebutuhan komputer di PGSD Ngaliyan sudah mendesak, kampus tidak bisa langsung mengirim perangkat komputer dengan kondisi baru. Sebanyak 20 unit komputer yang dikirim pada Selasa itu adalah komputer yang sebelumnya digunakan di Gedung Kearsipan Unnes.

Sekitar sebulan setelahnya, tepatnya pada  Jumat, 10 Maret, 20 unit komputer kembali datang. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini komputer datang dengan kondisi anyar. “Jadi 20 unit pertama (yang dikirim) pada Selasa itu diambil dari Gedung Kearsipan. 20 unit selanjutnya komputer baru,” ucap Heri. Tiga hari sebelumnya, Selasa, 7 Maret lalu, sebanyak 10 unit proyektor juga sudah sampai di PGSD Ngaliyan.

Kendati demikian, perangkat komputer yang sudah sampai tetap tidak bisa langsung digunakan. Musababnya, ruang laboratorium komputer di Gedung  Microteaching mengalami kebocoran. Jika hujan turun, air akan merembes dari bagian plafon, dan menetes ke lantai. Untuk itu, sebelum komputer yang ada di letakkan di ruang laboratorium komputer, renovasi gedung mesti dilakukan. “Gedung Lab (Microteaching) akan direnovasi. Sementara ini, alat-alat (yang sudah dikirim) ditempatkan di kantor Pak Deni, Ketua Lab,” jelas Heri Yanto.

Renovasi Gedung Kunti pun sudah berjalan. Melalui rilis pers Himpunan Mahasiswa (Hima) PGSD Ngaliyan di akun Instagramnya, renovasi tahap satu Gedung Kunti mulai digarap pada Jumat, 17 Maret. Renovasi gedung diperkirakan akan memakan waktu tiga bulan. Selain Gedung Kunti, renovasi juga dilakukan pada Gedung Bisma yang posisinya tepat di depan Gedung Kunti.

Melalui pengamatan Linikampus pada Senin, 3 April lalu, renovasi Gedung Kunti dan Bisma masih berlanjut. Terlihat semua kerangka atap pada kedua gedung itu sudah dibongkar. Sebelum pembongkaran itu dilakukan, plafon di kelas nomor 116 yang sebelumnya ambrol juga sudah sempat diperbaiki. Menurut penuturan Heri, renovasi Gedung Kunti dan Bisma yang kini  berjalan berupa penggantian kerangka atap dengan bahan baja ringan. Adapun untuk ruang laboratorium komputer, kondisinya masih belum berubah.

Heri menuturkan pihaknya sudah mengimbau agar pimpinan fakultas sampai jurusan untuk mengawasi renovasi di PGSD Ngaliyan. Selain itu, menurutnya, PGSD Ngaliyan juga perlu diperhatikan walau letaknya terpisah dari Kampus Pusat. “Pokoknya kita harus punya komitmen, walaupun jauh dimata tapi harus tetap diurus. Harus jadi perhatian juga, jangan hanya disini (kampus sekaran) saja yang diperhatikan.” tegasnya.

Mengenai perbaikan fasilitas kampus seperti lapangan, Heri menganggap itu bisa dikesampingkan. Sebab, perbaikan gedung yang sehari-hari dipakai mahasiswa dinilai lebih penting dan mendesak.

Pentingnya perbaikan gedung-gedung di PGSD Ngaliyan juga disampaikan oleh Fadhil. Sebagai mahasiswa di kampus itu, ia tak jarang melihat mahasiswa berebut ruang kelas. Jika sudah begitu, biasanya pihak yang tidak mendapat kelas akan mengalihkan perkuliahan secara daring. “Untuk fasilitas lain sekiranya itu bisa mengikuti nantinya. Jika kita berkuliah sudah aman dan nyaman untuk fasilitas penunjang lainnya bisa mengikuti,” kata Fadil, saat ditemui di kampusnya pada Jumat, 10 Maret silam.

***

Kondisi plafon yang ada di laboratorium komputer yang bocor [BP2M/Ary Tama]

PGSD Ngaliyan memiliki dua kompleks gedung: gedung baru dan gedung lama. Gedung baru merupakan tiga gedung yang membentuk letter U yang bisa dijumpai ketika memasuki kampus tersebut melalui gerbang utama. Di bagian selatan merupakan gedung yang biasa digunakan mahasiswa berkuliah. Total ada 12 kelas yang mengisi gedung itu. Sebelah barat berdiri gedung yang berfungsi sebagai kantor dosen, di samping terdapat ruangan serbaguna. Sedangkan bagian utara merupakan Gedung Microteaching yang berisi pelbagai jenis laboratorium. Ketiga gedung itu berdiri dengan dua lantai.

Sementara itu, posisi kompleks gedung lama berada di sisi belakang gedung baru yang biasanya digunakan mahasiswa berkuliah. Terdapat tiga gedung yang berada di kompleks gedung lama, yaitu Gedung Kunti, Gedung Pergiwa Pergiwati, Gedung Bisma. Ketiga gedung yang berdiri secara terpisah itu memiliki 26 kelas. Namun, hanya sekitar tujuh kelas yang layak pakai, termasuk kelas yang berada di Gedung Kunti.

Gedung-gedung lama itulah yang masuk dalam target renovasi, termasuk Gedung Kunti dan Bisma yang saat ini sudah dalam tahap renovasi. Menurut Heri, anggaran renovasi Kampus PGSD Ngaliyan sebenarnya sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari, tetapi proses eksekusinya masih menuai kendala. “Sebenarnya sudah ada anggarannya, tetapi eksekusinya kurang cepet sehingga keburu ambrol,” imbuhnya.   

Tidak hanya merenovasi Kampus PGSD Ngaliyan, Heri juga menuturkan rencana pembangunan gedung di FIP di Sekaran. Tak tanggung-tanggung, gedung tersebut rencananya akan berdiri setinggi delapan lantai. Jika benar-benar terealisasi, mahasiswa yang berada di PGSD Ngaliyan berpeluang untuk dipindahkan di Kampus Sekaran.

“Tahun 2024, kita akan membangun Gedung di FIP (setinggi) delapan lantai. Kalau memungkinkan mahasiswa PGSD Ngaliyan akan dipindah ke sini (kampus Sekaran),” kata Heri. “Kalau semisal di sini tidak cukup, berarti PGSD Ngaliyan yang kita perbaiki.”

Sementara itu, Dekan FIP Edy Purwanto berpandangan bahwa peluang memaksimalkan pembangunan dan perbaikan fasilitas PGSD Ngaliyan untuk mahasiswanya lebih terbuka ketimbang memindahkan mahasiswa kampus itu ke Sekaran. Persoalan seperti tiadanya  ketersediaan tempat di FIP menjadi salah satu alasan. “Solusinya PGSD Ngaliyan akan di perbaiki sarana dan prasarananya agar perkuliahannya nyaman,” ucap Edy Purwanto, ketika ditemui di Gedung Dekanat FIP pada Selasa (14/03).

Merespons wacana pemindahan mahasiswa PGSD Ngaliyan ke Sekaran, Alvin Ghafar Yunanda, mahasiswa PGSD Ngaliyan, meminta agar pihak kampus segera memberi kepastian. Jika memang rencana pemindahan itu tidak memungkinkan, Alvin menyarankan agar pihak kampus segera memperbaiki fasilitas dan sarana prasarana di Kampus PGSD Ngaliyan. 

“Kalau memang mau dipindah, ya tolong kepastiannya. Kalau tidak (dipindahkan) lebih baik pembangunan di sini dimaksimalkan. Nggak apa-apa pisah, asal fasilitas yang diterima sama merata dan mendukung,” pungkasnya.

 

Penulis: Ary Tama (Magang BP2M), Ana Saputri (Magang BP2M)

Reporter: Ary Tama (Magang BP2M), Ana Saputri (Magang BP2M), Muhamad Sopian (Magang BP2M), Yulfiha Nur Azizah, Vera Candra

Editor: Adinan Rizfauzi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *