LINIKAMPUS Blog Kabar Kilas Suarakan Isu Kerentanan Warga di Pesisir, SCU Bersama KIARA Hadirkan Festival Bahari 2025
Kabar Kilas

Suarakan Isu Kerentanan Warga di Pesisir, SCU Bersama KIARA Hadirkan Festival Bahari 2025

Narasumber saat sesi diskusi menyimak pertanyaan dari peserta pada Rabu (26/11/25) [Sultan/BP2M]

Narasumber saat sesi diskusi menyimak pertanyaan dari peserta pada Rabu (26/11/25) [Sultan/BP2M]

alat makan ramah lingkungan

Menyoroti kehidupan masyarakat dan lingkungan pesisir yang semakin rentan akibat krisis iklim, Fakultas Teknologi Pertanian Soegijapranata Catholic University (SCU) berkolaborasi dengan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Indonesia menggelar Festival Bahari. Acara ini berlangsung selama dua hari, diawali pada tanggal 25 pukul 08.00 hingga 26 November 2025 pukul 16.00, dan bertempat di Kampus 2 SCU. Festival Bahari menyajikan berbagai kegiatan mulai dari bazar, pameran karya seni, gelar wicara, lokakarya, hingga pertunjukan seni. Selain itu, juga menghadirkan langsung warga pesisir untuk membagikan pengalamannya dan menampilkan beragam produk hasil olahan laut.

Festival Bahari  2025 mengusung tema “Menemukan Solusi Krisis Iklim: Pengorganisasian Ekonomi Guna Mewujudkan Kedaulatan Pangan Laut Untuk Keberlanjutan Komunitas Nelayan dan Pesisir”. Dipilihnya tema tersebut karena warga pesisir, khususnya nelayan, tengah mengalami berbagai permasalahan, salah satunya menurunnya hasil tangkapan ikan.

“Karena kita melihat isu-isu pesisir, bagaimana para nelayan itu punya struggle atau problem sendiri? dengan tangkapan laut mereka yang semakin berkurang sekarang,” tutur Sabrina, salah satu panitia acara.

Lebih jauh, krisis iklim menambah daftar permasalahan yang ada. Oleh karena itu,  judul tersebut  diharapkan dapat memberikan gagasan untuk menjawab persoalan.

“Jadi di tahun ini, kebetulan fokusnya itu mencari solusi dari krisis iklim, dimana peningkatan ekonomi? melalui pengorganisasian,” sambungnya.

Erwin, selaku pembicara perwakilan KIARA dalam lokakarya “Strategi Pemasaran untuk Pangan UMKM” mengatakan bahwa Festival Bahari merupakan wadah kaum perempuan pesisir yang sudah menjalankan produksi pengolahan untuk membawa perubahan di wilayah pesisir. 

“Itu untuk menunjukkan bahwa mereka punya sesuatu yang bisa diharapkan meningkatkan resiliensi mereka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di wilayah pesisir,” jelasnya.

Sejalan dengan Erwin, Cornel sebagai perwakilan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang beranggapan bahwa dengan adanya festival ini, resiliensi masyarakat pesisir semakin kuat dengan mendapat akses yang lebih luas.

“Jadi menurutku forum ini kita bisa mempertemukan orang yang punya akses terhadap penguatan-penguatan resiliensi warga di berbagai macam sektor,” ungkap Cornel. 

Salah seorang peserta Festival Bahari, Vega, menuturkan bahwa ia tertarik dengan acara ini karena memberikan wawasan baru tentang kehidupan pesisir.

“Menarik banget ya, karena ternyata banyak sumber daya di pesisir, sumber daya manusia, apalagi sumber daya alam banyak yang belum dimanfaatkan dengan baik, yang bisa jadi nilai ekonomi lebih,” jelasnya.

Jack, salah satu peserta festival dari Karimunjawa berharap dengan adanya festival ini aspirasi dan keluhan masyarakat pesisir dapat ditindaklanjuti dengan jelas oleh pihak terkait. 

“Harapannya, kami berangkat ke sini bukan cuman sebatas berfestival saja. Tetapi, membawa keluhan, masalah-masalah, bahkan produk-produk yang bisa kita buat. Oleh sebab itu, diharapkan penyerap aspirasi ini jelas,” ungkapnya.

Bersamaan dengan Jack, Erwin juga berharap agar isu-isu kelautan dan perikanan dapat menjadi sorotan publik dan diketahui masyarakat luas.

“Festival ini harapannya menjadi tempat bagi isu-isu kelautan dan perikanan. Itu bisa muncul ke publik, supaya masyarakat yang luas bisa tahu tentang bagaimana kondisi yang terjadi? di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,” tuturnya.

Penulis dan Reporter: Salma Afifah, Sultan Ulil, Vivin Santia

Editor: Lidwina

    Exit mobile version