Oleh: Irham Fajar Alifi*
Cinta; Dosa dan Karma
Mengapa kasih?
Kita tenggelam menjadi cinta
Mabuk ke dalam sukma
Dan terbang dalam bias angan-angan
Sementara,
Yang menunggu kita hanyalah kematian
Dari malam-malam
Kita hias bilik temaram
Dengan nafsu dan dosa
Lalu kita diam di ujung karma
Terlelap dan lupa.
Memantik gemuruh sudut-sudut langit
Berisi umpatan; hina! hina! hina!
Bingung
Aku mandatkan pada maheswara, perihal rasa; asa binasa
Setelah dewi cinta berkhianat tepikan setia ke lain dermaga
Biarkan malam ini; ku ramu wajahmu bersama anggur
Kepada botol-botol yang disuguhkan
Memangkukan ingatan pada dipan jamuan;
Lalu menyantapnya sebagai hidangan pembuka.
Lagu-lagu dimainkan, dengan nada-nada sengsara
Selesainya, tawa pecah di tepian jalan
Bersambut langkah yang tak tegap dan akal yang tak sehat
Mengadu pada tembok-tembok dan lampu-lampu malam
Menangis, lalu hinggap pada keheningan
Menamai Kota
Kupikir selalu ada kisah romantis
Dari wajah dan wangi tubuhmu
Dari tangan lelaki pemungut hari
Dari gelayut senyum wanita-wanita malam
Orasi-aksi kasta terpelajar
Di pelataran monumen, tugu, museum
Menjamah akal-akal halus
Atau, sekadar mencari nilai bagus? entahlah
Lidah manismu terjulur panjang
Memberi tepi bagi kaki para pedagang
Picing mata para gelandangan
Menerka hitam tudung kepala para penguasa
Cinta; Karma dan Dosa II
Malam menjelma fajar dari jingga mentari muda
Sebelum selesai kita pungut sisa-sisa surga
Dari harta karun perang yang kita menangkan
Tinggal letih menggugat badan, dari tepian bilik
Mawar merah, wangi kasturi; hanya mampu bisu
Dibungkam, dilempar, dan ditampar
Musim-musim resah dari nadi dan nafas
Tersengal dan terpenggal dari ingatan yang tersisa
Adakah kemenyan dan melati, cukup membayar dosa kita, kasih?
Atau manis anggur dan delima dari halaman hati?
Pada siapa lagi harus kutanya,
Sementara kini, rumput bergoyang tak ingin bersuara
*Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS Unnes 2020