LINIKAMPUS Blog Kabar Kilas Nelayan Roban Timur Suarakan Ancaman Abrasi Lewat Tradisi Tahunan Sedekah Laut
Kabar Kilas

Nelayan Roban Timur Suarakan Ancaman Abrasi Lewat Tradisi Tahunan Sedekah Laut

Masyarakat nelayan Roban Timur membentangkan spanduk dan poster kampanye dalam tradisi sedekah laut. [Dok. WALHI Jateng]

Masyarakat nelayan Roban Timur membentangkan spanduk dan poster kampanye dalam tradisi sedekah laut. [Dok. WALHI Jateng]

Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi

Masyarakat nelayan Dukuh Roban Timur, Kabupaten Batang menunjukkan kepedulian dan rasa syukur atas sumber daya laut melalui tradisi Sedekah Laut pada Minggu (21/7). Tradisi tahunan ini dilakukan sebagai wujud kampanye untuk menyuarakan permasalahan daerah pesisir Batang yang terancam abrasi.

Mengutip rilis pers Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Tengah, terdapat spanduk bertuliskan “Selamatkan Pesisir Roban Timur” dibentangkan pada acara larungan sesaji sebagai bentuk protes atas ancaman abrasi di pesisir Dukuh Roban Timur yang diabaikan.

Sebanyak 30 poster turut ditempelkan pada seluruh perahu nelayan untuk menyuarakan isu lingkungan daerah pesisir laut mulai dari bencana ekologi, kesejahteraan dan hak-hak nelayan, dan pelestarian mangrove, hingga aktivitas industri yang dapat mengancam sumber daya laut. 

Hal serupa terkait persoalan pesisir juga diungkapkan oleh Fahmi Bastian selaku Direktur WALHI Jawa Tengah. Menurutnya, pemerintah provinsi maupun kabupaten, khususnya pemerintah kabupaten Batang, harus meningkatkan perhatian khusus terhadap persoalan ini.

“Dalam konteks politik ruang, wilayah pesisir yang dijadikan kawasan industri akan membebani dan merusak ekosistem pesisir,” jelas Fahmi. 

“Ditambah di pesisir utara Batang ada ekosistem karang yang dilindungi. Selain itu, persoalan bagaimana perlindungan nelayan harus diperhatikan, kalo kita bicara ketahanan pangan, nelayan menjadi aktor penting dalam mensukseskan ketahanan pangan dalam wilayah perairan,” lanjutnya. 

Salah satu nelayan Dukuh Roban Timur, Hariyono, mengeluhkan perihal abrasi yang terjadi semenjak didirikannya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kawasan tersebut dengan rata-rata abrasi sebesar 2,2 meter per-tahunnya. Akibatnya, kualitas kehidupan masyarakat pesisir Roban Timur diperkirakan akan mengalami penurunan jika tidak segera ditangani. 

“Saya mengajak masyarakat, serta seluruh lapisan di Pemerintah Kabupaten Batang, untuk segera bertindak menyelamatkan pesisir Roban Timur yang semakin terancam. Saat ini, waktunya kita semua bertindak,” ajak Hariyono. 

Sementara itu, acara yang menggaet WALHI Jawa Tengah dan Kerja Kreatif Akar Rumput ini dimulai sejak Sabtu malam (20/07) dengan istighosah dan pengajian. Dilanjutkan dengan syukuran di pagi harinya guna mengamankan jalannya agenda Sedekah Laut serta memastikan tujuan dari acara ini dapat tersampaikan dengan baik sebelum diadakannya ritual larung saji. 

Penulis: Fatya Hanani, Aski Azzahra

Editor: Novyana

Exit mobile version